12 Juni 2012

Tumbuhan Dari Zaman Es Ditemukan di Goa dan Masih Bertahan Hidup

Tumbuhan Dari Zaman Es Ditemukan di Goa dan Masih Bertahan Hidup


Zaman es sudah berlalu puluhan ribu tahun yang lalu. Saat itu permukaan Bumi masih dalam keadaan gelap. Penyebab terjadinya zaman es salah satunya adalah akibat terjadinya proses pendinginan aerosol yang sering menimpa planet bumi.
Zaman es terakhir dimulai sekitar 20.000 tahun yang lalu dan berakhir kira-kira 10.000 tahun lalu atau pada awal kala Holocene (akhir Pleistocene). Proses pelelehan es di zaman ini berlangsung relatif lama dan beberapa ahli membuktikan proses ini berakhir sekitar 6.000 tahun yang lalu.
Tapi tumbuhan sudah ada dizaman itu dan kii sudah punah. Kepunahan terjadi akibat panasnya cahaya matahari. Hanya sedikit tumbuhan yang bisa selamat dalam kondisi dingin ke panas dan berusia puluhan ribu tahun zaman kini.
Namun ternyata tidak!
Zaman es diperkirakan masih terjadi di goa-goa terdalam di “Negari Tirai Bambu” China. Tersembunyi di dalam goa, fragmen dari zaman es Bumi masih selamat. Walaupun tidak ada mammoth yang masih selamat, tetapi sebuah tumbuhan kecil yang merepresentasikan 30.000 tahun lalu diperkirakan masih ada.
Di dalam goa inilah terdapat tumbuh-tumbuhan spesial karena dapat melakukan fotositesis nyaris di kondisi tanpa cahaya seperti tumbuh-tumbuhan pada zaman es yang mana spesies lainnya hilang tak berbekas.
Peneliti dari Chinese Academy of Science dan Natural History Museum Inggris menyatakan telah mengidentifikasi tujuh spesies jelatang dari Provinsi Guaxi dan Yunnan.
Para peneliti masih belum mau mempublikasikan foto spesies tersebut. Namun kira-kira mirip seperti pohon Jelatang (Poison Ivy) pada gambar ini.
Jelatang atau dalam bahasa Inggris disebut poison ivy adalah jenis tumbuhan berbulu halus yang bisa menyebabkan gatal di kulit.
Seharusnya di kedua provinsi tersebut terdapat tumbuhan tropis.
Namun, tujuh spesies yang ditemukan tidak mirip dengan tumbuhan tropis.
Jelatang tersebut ditemukan di tempat-tempat gelap, di mana jarang ada sinar matahari.
Fakta yang ada, kemungkinan jelatang untuk bisa hidup di kegelapan hanya 0,02 persen.
Jelatang (Poison Ivy) ini termasuk tumbuhan yang berbahaya. Jika terkena bulu-bulunya maka akan terjadi iritasi kulit yang sangat parah. Mungkin karena pertahanan seperti inilah spesies ini dapat bertahan.
Hal ini sangat tidak mungkin terjadi di zaman sekarang ini sehingga kemungkinan zaman es masih berlangsung di goa tersebut.
Lingkungan yang memungkinkan jelatang macam ini bisa hidup adalah pada zaman es.
Goa dan jelatang ini merupakan sisa-sisa dari kehidupan zaman es yang masih ada di planet ini.
Selain itu, ada kemungkinan lainnya yang memungkinkan hal ini terjadi, yaitu evolusi pada jelatang.
Akan tetapi, umur dari goa tersebut hanya satu juta tahun yang berarti bahwa evolusi pada jelatang terjadi sangatlah cepat.
Pada masa kini, Jelatang atau Poison Ivy ialah tumbuhan yang berbahaya karena memiliki racun.

Jika terkena bulu-bulunya maka akan terjadi iritasi kulit yang sangat parah. Mungkin karena pertahanan hidup seperti inilah spesies ini dapat bertahan.
Peneliti mengatakan bahwa ini adalah contoh evolusi yang sangat cepat, mereka akan meneliti hal ini secepatnya. (Natgeo)

*****

Gletser Mencair 100 Kali Lebih Cepat, Umat Manusia Dalam Bahaya!

Vienna, Swiss – Ilmuwan mengklaim gletser seluruh dunia telah mencair 100 kali lebih cepat dalam kurun 350 tahun. Bahayanya, ini berdampak pada jutaan manusia yang bergantung pada air tawar.
Klaim itu berdasarkan studi di Patagonia, Amerika Selatan dengan 270 gletser Patagonia setara dengan 1.700 kali kuantitas air di danau Windermere. Studi yang dilakukan Profesor Neil Glasser dari Aberystwyth University menganalisis jumlah batuan yang ditinggalkan oleh gletser yang sudah lenyap.
Gletser atau glasier atau glesyer adalah sebuah bongkahan es besar dan terbentuk di atas permukaan tanah yang berjalan sangat lambet, kadang berupa sungai es dan merupakan akumulasi dari endapan salju yang membatu selama kurun waktu yang lama.
Sejak Zaman Es berakhir di Patagonia pada pertengahan abad 17, kawasan itu sudah kehilangan 145 kubik es. Ini disebabkan peningkatan suhu yang mencapai 1,4 derajat Celcius di kawasan itu. Demikian laporan di jurnal Nature Geoscience.
“Gletser sudah sangat berkurang dalam kurun 30 tahun terakhir. Ini melebihi perkiraan kami,” ujar Profesor Glasser. “Dan ini sangat menakutkan,” katanya lagi.
Ia yang melakukan penelitian bersama dengan ilmuwan dari University of Exeter dan Stockholm University mengatakan kawasan gletser Amerika Selatan, sama seperti gletser di Pegunungan Alpen ataupun kawasan Bumi utara, mengalami pengurangan gletser drastis.
“Ini pembunuhan bagi masyarakat Himalaya. Dalam jangka pendek memang menguntungkan karena mereka mendapatkan air tawar lebih banyak saat musim kemarau. Tapi, dalam jangka panjang, ini masalah besar,” kata Profesor Glasser lagi.
Tak hanya berhenti sampai di situ, dilaporkan lapisan ozon di Kutub Utara juga makin parah pada musim dingin ini, dikarenakan cuaca dingin di bagian atas atmosfir.
Pada akhir bulan Maret, 40 persen lapisan ozon di stratosfir telah rusak, naik dari sebelumnya yang kerusakannya masih berkisar 30 persen. Demikian seperti yang diberitakan BBC News.
Lapisan ozon di kutub utara
Lapisan ozon melindungi manusia dari kanker kulit, tapi lapisan gas tersebut rusak karena polusi industri kimia. Kerusakannya adalah reaksi dari kondisi dingin di stratosfir akibat polusi industri kimia.
Beberapa zat kimia sudah dilarang penggunaannya melalui perjanjian Montreal Protocol dari PBB, namun keberadaan zat-zat tersebut bakal bertahan lama di atmosfir hingga berpuluh-puluh tahun.
Meski mendinginnya suhu stratosfir merupakan peristiwa tahunan di wilayah kutub selatan, akan tetapi gambaran mengenai kutub utara masih belum bisa diprediksi.
Pada musim dingin, ketika wilayah kutub utara biasanya hangat di daratnya, suhu 15-20 km di atas permukaan Bumi malah berbanding terbalik.
“Tingkat kerusakan lapisan ozon pada musim dingin tergantung pada kondisi meteorologi,” ujar Michel Jarraud, Sekjen dari World Meteorogical Organization (WMO).
“Kerusakan lapisan ozon pada tahun 2011 menunjukkan bahwa kita harus waspada dan membuka mata pada situasi di kutub utara dalam beberapa waktu ke depan,” tambah Jarraud.
Rusaknya lapisan ozon membuat sinar ultraviolet-B yang berbahaya dari matahari bisa masuk ke atmosfir. Hal ini bisa menyebabkan kanker kulit, katarak, kerusakan sistem kekebalan tubuh. WMO telah memperingatkan warga dunia untuk mewaspadai hal ini.
Perjanjian Montreal Protocol yang telah disepakati pada tahun 1987, telah melarang penggunaaan zat Chlorofluorocarbon (CFC) yang dulu banyak digunakan untuk lemari es.
WMO menguak data ini pada acara pertemuan tahunan European Geosciences Union (EGU) di Vienna, Austria.

Fenomena Lubang Menganga “Sinkhole” Tanah Amblas ke Dalam Bumi

Pernahkah Anda melihat lubang besar menganga dari permukaan Bumi? Lubang semacam ini lebih terkenal dengan sebutan Sinkhole. Bagaimana bisa muncul?
Sinkhole muncul ketika sepetak tanah runtuh dan meninggalkan jejak seperti kawah di permukaan Bumi. Menurut US Geological Survey (USGS), fenomena ini umum terjadi di Florida, Texas, Alabama, Missouri, Kentucky, Tennessee dan Pennsylvania.
Tanah di bawah negara-negara ini kaya akan batuan yang mudah larut seperti kapur, karbonat dan garam. Ketika air tanah mengalir melalui batuan ini, air menggerogoti batuan ini dan menyisakan lubang di bawah tanah dan gua.
Sinkhole, ditengah pemukiman di Guatemala
Ketika atap dari salah satu gua runtuh, tanah di atasnya akan runtuh juga. Beberapa sinkholes secara bertahap akan diisi dengan debu atau pasir di atasnya. Namun, ada juga yang mengikis permukaan ketika batuan mudah larut terkena hujan dan angin.
Sinkhole paling berbahaya adalah ketika mereka runtuh tiba-tiba. Di beberapa kasus, air tanah mengisi saluran gua-gua bawah tanah karena kekeringan atau karena manusia mengalihkan aliran air tanah untuk pertambangan, air minum atau irigasi.
Tanpa adanya dukungan air dari bawah, tanah di atas akan runtuh. Dalam kasus lain, atap gua menjadi terlalu lemah untuk menyangga berat tanah di atasnya. Sinkhole bisa menelan mobil, rumah dan bahkan menguras seluruh danau tanpa peringatan secara tiba-tiba.
Sinkhole fenomena
Pada September 1999, Lake Jackson dekat Tallahassee, Florida, yang awalnya diukur lebih dari 16 kilometer persegi, hampir hilang sama sekali. Seperti dikutip sciencedaily, air di danau itu hilang dan sedalam 15 meter.
Sinkhole di Sichuan Yinbin, China.
Sebelumnya, sebuah lubang raksasa atau yang dikenal dengan fenomena sinkhole terjadi di Sichuan, Cina.
Lubang dengan lebar lebih dari 21 meter ini terjadi tiba-tiba dan belum diketahui sebabnya. Lubang yang mirip kawah ini ada di halaman belakang rumah Zhang Fengrong, 58 tahun.
Ini bukan kejadian yang pertama kali di Cina. Tahun lalu, di sebuah jalan tol di Zhejiang, juga muncul lubang raksasa selebar 8 meter.
Menurut Fengrong, dia mendengar suara bergemuruh sekitar pukul 2 dinihari. Fengrong yang sedang terlelap langsung bangun. Dia bergerak ke arah suara hebat itu berasal, setelah meliat, dia kaget luar biasa. Ada sebuah lubang menganga lebar yang terus membesar mendekati bangunan rumahnya.
Fenomena Sinkhole sebelum amblas, pas berada di bawah sebuah rumah
Awalnya, kata Fengrong, hanya sekitar tiga meter tapi lama kelamaan terus membesar. Dalam 24 jam, lubang itu menjadi selebar lebih dari 21 meter. Adapun kedalamannya belum ketahuan.
“Saya mencoba melempar tali sepanjang 40 meter, tapi belum sampai dasar, terus melempar tali dengan panjang 60 meter, masih belum sampai juga,” kata Fengrong seperti diberitakan dari laman Orange.
Bila berdiri di tepi lubang, menurut Ferong, seperti ada suara air di dasar lubang. Tapi ketika dilempar batu, sama sekali tak ada suara air.
Sinkhole ditengah jalan raya
Fengrong dan keluarganya sekarang mengungsi ke sebuah rumah yang disediakan pemerintah setempat. Para tetangganya juga sibuk membantu mereka mengangkut barang-barang. “Kami takut lubangnya terus membesar dan rumah kami jadi korban,” katanya.
Sebelumnya, fenomena sinkhole atau lubang raksasa yang terjadi tanpa sebab terjadi di Schamalkalden, Jerman. Lubang ini muncul tiba-tiba dan tidak diketahui sebabnya. Selain di Jerman, di Guatemala juga pernah ada kejadian serupa.
Sinkhole dijalanan tengah kota
Pada tahun 1981 silam, sebuah sinkhole sedalam 100 kaki (30,5 meter) muncul di Winter Park dekat Orlando, Florida.
Lubang menganga tersebut menelan sebuah rumah dan sebagian gedung dealer mobil. Helikopter besar dikerahkan untuk mencoba mengangkat beberapa mobil mahal keluar dari sinkhole tersebut, namun kendaraan-kendaraan itu terus terperosok lebih dalam dan tak pernah terlihat lagi.
Badan Survei Geologi AS menyatakan, peristiwa terbentuknya sinkhole umumnya terjadi di daerah-daerah di mana batuan dasar adalah batu-batu gamping, atau bebatuan lain yang bisa dilarutkan dengan air tanah. (sm/fn/inl/tm/icc.wp.com)

Misteri Pulau Paskah: Banyak Patung Raksasa “Moai”, Tapi Kemana Suku Tersebut Pergi?


Pulau Paskah (Easter Island, Rapa Nui, Isla de Pascua) adalah sebuah pulau milik Chili yang terletak di selatan Samudra Pasifik. Walaupun jaraknya 3.515 km sebelah barat Chili Daratan, secara administratif ia termasuk dalam Provinsi Valparaiso.
Pulau Paskah berbentuk seperti segitiga. Daratan terdekat yang berpenghuni ialah Pulau Pitcairn yang jaraknya 2.075 km sebelah barat. Luas Pulau Paskah sebesar 163,6 km².
Menurut sensus 2002, populasinya berjumlah 3.791 jiwa yang mayoritasnya menetap di ibukota Hanga Roa.
Pulau ini terkenal dengan banyaknya patung-patung (moai), patung berusia 400 tahun yang dipahat dari batu yang kini terletak di sepanjang garis pantai.
Sejarah
Orang yang pertama kali menempati Pulau Paskah adalah keturunan imigran dari Polinesia yang kemungkinan berasal dari Pulau Mangareva atau Pitcairn di sebelah barat. Sejarah pulau ini dapat dihubungkan berkat daftar raja Pulau Paskah yang telah direkonstruksi, lengkap dengan rangkaian peristiwa dan tanggal perkiraan sejak tahun 400.
Penghuni asal Polinesia tersebut membawa sejumlah pisang, talas, ubi manis, tebu, bebesaran kertas (paper mulberry) dan ayam. Pada suatu masa, pulau ini menopang peradaban yang relatif maju dan kompleks. Ahli navigasi asal Belanda Jakob Roggeveen menemukan Pulau Paskah pada Hari Paskah tahun 1722.
Easter Island (Pulau Paskah) dari udara. Pada masa kini kembali sudah mulai ada penduduknya.
Roggeveen memperkirakan sekitar 2.000-3.000 orang menghuni pulau ini, tetapi ternyata jumlah penduduk mencapai 10.000-15.000 jiwa pada abad ke-16 dan 17.
Peradaban Pulau Paskah telah merosot secara drastis semenjak 100 tahun sebelum kedatangan Belanda, terutama akibat terlalu padatnya jumlah penduduk, penebangan hutan dan eksploitasi sumber daya alam yang terbatas di pulau yang amat terisolasi ini. Namun, hingga pertengahan abad ke-19, populasi telah bertambah hingga mencapai 4.000 jiwa.
Hanya berselang waktu 20 tahun kemudian, deportasi ke Peru dan Chili serta berbagai penyakit yang dibawa oleh orang Barat hampir memusnahkan seluruh populasi, dengan hanya 111 penduduk di pulau ini pada 1877.
Pulau ini dianeksasi oleh Chili pada 1888 oleh Policarpo Toro. Jumlah penduduk asli suku Rapanui perlahan-lahan telah bertambah dari rekor terendah berjumlah 111 jiwa.
Perlu diketahui bahwa nama “Rapa Nui” bukan nama asli Pulau Paskah yang diberikan oleh suku Rapanui. Nama itu diciptakan oleh para imigran pekerja dari suku asli Rapa di Kepulauan Bass yang menyamakannya dengan kampung halamannya.
Nama yang diberikan suku Rapanui bagi pulau ini adalah Te pito o te henua (“Puser Dunia”) karena keterpencilannya, namun sebutan ini juga diambil dari lokasi lain, mungkin dari sebuah bangunan di Marquesas.
Peristiwa-peristiwa baru-baru ini telah menunjukkan peningkatan yang signifikan pada sektor pariwisata, ditambah dengan besarnya jumlah orang yang datang dari daratan Chili sehingga mengancam keidentikan Polinesia di Pulau Paskah.
Masalah kepemilikan tanah telah menciptakan ketegangan politik pada 20 tahun terakhir, dengan beberapa suku asli Rapanui menentang properti pribadi melainkan setuju dengan tanah tradisional milik bersama.
Lingkungan Hidup
Pulau Paskah yang modern memiliki sedikit pepohonan. Pulau ini dulunya pernah mempunyai hutan pohon palem. Menurut pemikiran populer yang berkembang, para penghuni pertama pulau ini telah mengeksploitasi pepohonan di seluruh pulau untuk membuat tempat moai serta membangun perahu nelayan dan bangunan.
Patung Moai
bukti yang menunjukkan gundulnya pulau ini bertepatan dengan runtuhnya peradaban Pulau Paskah.
Konteks Midden pada waktu itu menunjukkan penurunan yang mendadak pada jumlah tulang ikan dan burung ketika para penduduk kehilangan akal untuk membangun kapal nelayan dan burung-burung kehilangan tempat sarang.
Ayam dan tikus menjadi sarapan utama para manusia. Berdasarkan sisa-sisa manusia, ada bukti bahwa kanibalisme berlangsung.
Populasi kecil yang masih hidup berhasil mengembangkan tradisi baru untuk membagi-bagikan sumber yang tersisa sedikit. Pada grup pemuja manusia burung (manutara), sebuah pertandingan dibentuk manakala setiap tahunnya sebuah wakil dari setiap suku, yang dipilih oleh pemimpin masing-masing, menyelam ke laut dan berenang menuju Motu Nui, sebuah pulau kecil tetangga, untuk mencari telur pertama yang ditetaskan oleh seekor Sooty Tern pada musim menelur.
Perenang pertama yang kembali dengan telur itu dapat mengontrol sumber pulau untuk sukunya selama tahun itu. Tradisi ini masih diterapkan pada saat bangsa Eropa mendarat di pulau ini.
Namun, penelitian baru memunculkan dugaan bahwa keadaan yang sesungguhnya justru lebih kompleks. Luasnya pulau yang dibersihkan dari pepohonan hanyalah salah satu ujung akhir dalam sebuah seri ketidakberuntungan yang dialami Pulau Paskah.
Deretan patung Moai
Sebuah studi mengenai faktor-faktor lingkungan di 69 pulau-pulau di Pasifik mengatakan bahwa meskipun dipenuhi batu-batu pemujaan, para dewa ternyata marah terhadap pulau ini.
Pulau Paskah adalah daratan luas yang tidak subur dan kering. Tanahnya terlalu tandus untuk ditanami pohon-pohon kembali setelah tanaman asli dipanen.
Pulau ini tidak mendapat keuntungan dari debu vulkanik yang subur seperti pulau-pulau lain. Jadi, sekali pulau itu dibersihkan, tidak ada harapan untuk pemulihan.
Ekologi
Pulau Paskah, bersama dengan Sala-y-Gomez, sebuah pulau kecil tetangga yang tidak dihuni, dikenal oleh para ekologis sebagai kawasan ekologi yang disebut hutan berdaun lebar subtropis Rapa Nui.
Hutan basah berdaun lebar subtropis yang asli kini telah lenyap, tetapi studi paleobotanis mengenai fosil tepung sari dan jamur pohon yang merupakan peninggalan aliran lava mengindikasikan bahwa pulau ini tadinya berupa hutan lebat, dengan berbagai jenis pohon, belukar, pakis dan rumput.
Sebuah pohon palem besar, yang berhubungan dengan pohon palem anggur Chili (Jubaea chilensis) merupakan jenis mayoritas pepohonan, begitu juga dengan pohon toromiro (Sophora toromiro).
Pohon palem tersebut kini telah punah, dan toromiro punah di alam liar, sehingga kini pulau ini keseluruhannya hampir dipenuhi oleh padang rumput. Para ilmuwan sedang memperkenalkan kembali toromiro di Pulau Paskah.
Artefak kebudayaan
Moai
Patung-patung besar dari batu, atau moai, yang menjadi simbol Pulau Paskah dipahat pada masa yang lebih dahulu dari yang diperkirakan. Arkeologis kini memperkirakan pemahatan tersebut berlangsung antara 1600 dan 1730, patung yang terakhir dipahat ketika Jakob Roggeveen menemukan pulau ini.
Patung Moai
Terdapat lebih dari 600 patung batu monolitis besar (moai). Walaupun bagian yang sering terlihat hanyalah “kepala”, moai sebenarnya mempunyai batang tubuh yang lengkap; namun banyak moai yang telah tertimbun hingga lehernya. Kebanyakan dipahat dari batu di Rano Raraku.
Tambang di sana sepertinya telah ditinggalkan dengan tiba-tiba, dengan patung-patung setengah jadi yang ditinggalkan di batu.
Teori populer menyatakan bahwa moai tersebut dipahat oleh penduduk Polinesia (Rapanui) pada saat pulau ini kebanyakan berupa pepohonan dan sumber alam masih banyak yang menopang populasi 10.000-15.000 penduduk asli Rapanui.
Mayoritas moai masih berdiri tegak ketika Roggeveen datang pada 1722. Kapten James Cook juga melihat banyak moai yang berdiri ketika dia mendarat di pulau pada 1774. Hingga abad ke-19, seluruh patung telah tumbang akibat peperangan internecine.
Rongo-rongo
Ada berbagai lembaran (tablet) yang ditemukan di pulau yang berisikan tulisan misterius. Tulisan, yang dikenal dengan Rongorongo, belum dapat diuraikan walaupun berbagai generasi ahli bahasa telah berusaha.
Tulisan Rongorongo
Seorang sarjana Hongaria, Wilhelm atau Guillaume de Hevesy, pada 1932 menarik perhatian tentang kesamaan antara beberapa karakter rongorongo Pulau Paskah dan tulisan pra-sejarah Lembah Indus di India, yang menghubungkan lusinan (sedkitnya 40) rongorongo dengan tanda cap dari Mohenjo-daro. Hubungan ini telah diterbitkan kembali di berbagai buku.
Arti rongorongo kemungkinan ialah damai-damai, dan tulisannya mungkin mencatat dokumen perjanjian damai, misalnya antara yang bertelinga panjang dan penguasa bertelinga pendek. Namun, penjelasan tersebut masih dalam perdebatan.
Demografi
Menurut sensus 2002, populasinya berjumlah 3.791 jiwa. Angka ini naik dari 1.936 jiwa pada 1982. Kenaikan populasi yang besar ini terutama disebabkan oleh kedatangan orang-orang keturunan Eropa dari daratan Chili. Akibatnya, pulau ini terancam kehilangan identitas asli Polinesia. Pada 1982, sekitar 70% populasi berupa suku Rapanui (penduduk asli Polinesia).

Suku Rapanui
Namun pada sensus 2002, Rapanui hanya mencakup 60% dari populasi Pulau Paskah.
Bangsa Chili keturunan Eropa mencakup 39% populasi, dan sisanya 1% adalah etnis Amerika Asli dari daratan Chili. Hampir seluruh populasi tinggal di kota Hanga Roa.
Suku Rapanui telah bermigrasi dari pulau ini. Pada sensus 2002, ada 2.269 Rapanui yang tinggal di pulau ini, sedangkan 2.378 lainnya tinggal di daratan Chili (setengahnya tinggal di daerah metropolitan Santiago).
Kepadatan penduduk Pulau Paskah hanya 23 penduduk per km²; jumlah itu lebih kecil dari masa gemilang pemahatan patung (abad ke-17) ketika antara 10.000 dan 15.000 penduduk asli Rapanui tinggal di pulau. Populasi telah menurun hingga 2.000-3.000 penduduk sebelum kedatangan bangsa Eropa.
Pada abad ke-19, penyakit yang timbul akibat kontak dengan kaum Eropa, serta deportasi 2.000 Rapanui ke Peru sebagai budak, dan keberangkatan paksa sisa suku Rapanui ke Chili menyebabkan kemerosotan populasi Pulau Paskah hingga mencapai rekor terendah 111 penduduk pada 1877. Dari 111 Rapanui, hanya 36 yang mempunyai keturunan, dan mereka adalah nenek moyang seluruh 2.269 penduduk Rapanui sekarang.

Tsunami Dahsyat Ungkap Lokasi Kota Legendaris Atlantis?


Cadiz, Spanyol
London, U.K. – Jepang baru saja tertimpa musibah karena diguncang gempa 9 SR dan disusul tsunami dahsyat yang menyapu sejumlah wilayah di Negeri Sakura itu.
Namun, tsunami tidak selamanya dikaitkan dengan bencana, setidaknya untuk tim peneliti dan pencari lokasi kota legendaris, Atlantis.
Setelah menjadi misteri selama ribuan tahun, Sebuah tim asal Amerika Serikat mengaku menemukan titik kordinat yang tepat di mana kota hilang ini berada.
Kota metropolis legendaris ini diduga tenggelam oleh kekuatan tsunami ratusan tahun lalu di Spanyol Selatan.
Tim peneliti yang terdiri dari ahli arkeologi dan geologi yakin, Atlantis yang hilang akibat tsunami kembali muncul di sebelah utara kota Cadiz.
The Atlantis (ilustrasi)
“Ini adalah kekuatan tsunami,” kata kepala tim peneliti Richard Freund seperti diberitakan huffingtonpost.com.
“Sangat sulit dimengerti bahwa tsunami bisa menyapu 60 mil daratan,” kata Freund yang berasal dari University of Hartford, Connecticut.
Dia adalah profesor yang memimpin tim internasional untuk mencari lokasi tepat kota Atlantis.
Untuk memecahkan misteri ratusan tahun ini, tim menggunakan foto satelit dari kota tenggelam dan menduga lokasinya di Cadiz, Spanyol. Di rawa luas bernama Dona Ana Park, tim percaya mereka menemukan wilayah kuno Atlantis.
Atlantis from Satellite (pic: bbc.co.uk)
Sebuah tim yang terdiri dari arkeolog dan ahli geologi pada 2009 dan 2010 menggunakan sejumlah piranti, mulai dari radar bawah tanah, peta digital, dan teknologi bawah tanah untuk menyurvei situs tersebut.
Penemuan Freund ini memperkuat dugaan gambar yang dibuat para pengungsi kota tersebut setelah tsunami menghantam. Warga Atlantis yang berhasil selamat diduga masuk ke pedalaman dan membangun kota baru. Temuan tim ini akan dikupas dalam edisi khusus National Geographic terbaru, ”Finding Atlantis.”
Meskipun sulit memastikan Spanyol sebagai tempat ‘kuburan’ kota Atlantis, namun Freud yakin simpul pencarian kota-kota peringatan membuat dia yakin bahwa rawa lumpur di pantai selatan Spanyol itu lah tempat situs kota hilang.
“Kami menemukan sesuatu yang belum pernah dilihat sebelumnya,” kata dia. Menurut Freud
“Sesuatu ini lah yang makin menguatkan tingkat kredibilitas, khususnya bagi arkeologi mengenai situs tersebut. Sehingga menjadi lebih masuk akal.”

Keberadaan kota metropolis Atlantis muncul setelah Filsuf Yunani ternama Plato menulis tentang Atlantis sekira 2.600 tahun lalu. Dia mendeskripsikan kota itu sebagai ‘sebuah pulau yang terletak di seberang selat bernama Pillars of Hercules’. Pilar itu belakangan diketahui sebagai Selat Gibraltar Gibraltar yang terkenal di zaman kuno.
Berdasarkan deskripsi Plato, upaya pencarian kota itu hingga kini terpusat di wilayah Mediterania dan benua Atlantik.
Freud menambahkan catatan mengenai tsunami sudah didokumentasikan selama berabad-abad. Salah satu gelombang pasang terbesar menghantam Lisbon pada November 1755.

Terlepas di mana lokasi tepat situs ini, hal paling fundamental -apakah Atlantis itu ada atau tidak- pun masih jadi perdebatan panjang selama ribuan tahun. Dialog Plato dari tahun 360 SM menjadi satu-satunya sumber sejarah soal kota ini. Plato mengatakan pulau ini disebut Atlantis, “Dalam satu hari satu malam, menghilang di kedalaman laut.”
Para ahli mulai merencanakan penggalian di situs yang diduga Atlantis berada, Spanyol untuk mempelajari geologi dan temuan artefak termutakhir.

Planet-X Besar, Hercolubus atau “Planet Merah”, Sedang Mendekati Tata Surya

“Anda seharusnya tahu, jika sebuah planet berukuran sangat besar sedang mendekati Bumi.” (V.M. Rabolu)
*
Dalam karya bukunya ini V.M. Rabolu akan menggambarkan secara detil suatu bencana yang akan dialami umat manusia dalam waktu yang singkat oleh pergerakan suatu benda berukuran raksasa dan apa yang kita bisa perbuat untuk menghindarinya.
Dalam teori tabrakan Nibiru, banyak versi mengenai teori ini. Tabrakan Nibiru adalah pertemuan Bumi dengan planet besar (baik berupa tabrakan maupun hampir menabrak) yang dipercaya akan terjadi pada awal abad ke-21.

Zeta Reticuli, Zeta Reticuli-A (kiri) dan Zeta Reticuli-B (kanan)
Penganut peristiwa ini menyebut obyek yang mendekati Bumi itu sebagai Planet X atau Nibiru.
Ide ini pertama kali diusulkan oleh Nancy Lieder tahun 1995. Lieder menyatakan dapat menerima pesan dari makhluk ekstraterestrial dari sistem Zeta Reticuli (id|en).
Ia memperingati manusia bahwa benda tersebut akan melewati tata surya pada Mei 2003 (nantinya diubah menjadi 2010), menyebabkan pergeseran kutub bumi yang akan menghancurkan peradaban umat manusia. (baca: Pole Shifts: Kutub Utara dan Selatan Sedang Berpindah Akibatkan Anomali Cuaca)
Ramalan tabrakan ini menyebar di luar situs Lieder, dan dipercaya oleh grup-grup yang menghubungkan tabrakan Nibiru dengan ramalan kiamat 2012.
Meskipun nama “Nibiru” berasal dari karya Zecharia Sitchin mengenai astronot kuno, Sitchin sendiri membantah hubungan antara karyanya dengan bencana yang akan datang.
Lintasan "planet-X" sangat lonjong membuat planet ini tak terlihat pada saat menjauhi matahari
Usul bahwa obyek sebesar planet akan menabrak bumi pada masa depan tidak didukung oleh bukti ilmiah dan dianggap sebagai ilmu semu.
Namun, ketakutan  akan tabrakan Nibiru menyebabkan kepanikan pada publik, salah satunya adalah planet Hercolubus.
Para ilmuwan juga ada yang berpendapat bahwa sistim tatasurya ini tak akan terjadi seperti sekarang tanpa ada satu planet gas lagi.
Nah, teori inilah yang tambah meyakinkan bahwa masih ada satu planet gas besar yang hingga kini belum terdeteksi. (baca: Seharusnya Masih Ada Satu Planet Lagi Dalam Tatasurya, Kemana Planet Itu?)
Para peneliti berteori macam-macam, ada yang meyakini bahwa planet-X tersebut sudah terpental menjauhi sistim tata surya dan tak kenmbali, namun ada juga yang berpendapat bahwa planet-X tersebut hanya sedang menjauhi matahari hingga ke daerah sabuk Kuiper atau awan Oort namun akan mendekati matahari kembali menurut garis edarnya yang lonjong.
Karena garis edarnya yang lonjong inilah yang membuat planet-X ini mendekati matahari hanya dalam periode beberapa ribu tahun sekali dan sulit terdeteksi.
“Mari kita memperbincangkan tentang Hercolubus atau planet merah, yang mana saat ini sedang mendekati Bumi. Menurut beberapa versi ilmiah, bahkan telah memperkirakan, menimbang dan mengukur garis tengahnya, seolah-olah adalah mainan anak-anak, tetapi nyatanya tidak seperti itu.”
Perbandingan planet Bumi (kiri) dan planet Yupiter, planet terbesar di tatasurya (tengah) dengan planet Hercolubus (kanan)
“Hercolubus, atau planet merah, adalah lima atau enam kali lebih besar dari Jupiter. Ini merupakan planet raksasa yang sangat besar dan tidak ada yang dapat mengalihkannya”.
“Ada celah dalam yang sangat besar di dasar laut, yang mana telah berhubungan dangan api di dalam bumi.”
“Ini tiba secara langsung ke ekperimen atom yang dilaksanakan oleh ilmuwan dan kekuasaan-kekuasaan yang percaya bahwa diri mereka sendiri adalah yang maha kuasa.”
Mereka belum mempertimbangkan konsekuensi kekejaman atau kekejian yang telah mereka lakukan dan bahkan terus mereka lakukan, melawan planet maupun umat manusia”.
Lintasan planet Hercolubus terhadap matahari.
“Oleh karena celah pasang surut ombak ini, gempa Bumi dan berbagai hal lain yang mengerikan akan terjadi di air dan di atas daratan.”
“Tidak ada kota pesisir yang tidak akan dihanyutkan dan daratan akan mulai karam ke dalam samudera karena poros Bumi mulai bergeser sebagai suatu hasil dari semua eksperimen yang dilaksanakan”.
“Posisi Bumi tidak pada posisi yang benar dan ini berkombinasi dengan guncangan, gempa bumi dan ombak pasang surut, yang akan menyebabkan pergeseran kutub sepenuhnya dan penenggelamannya akan mulai.”
“Jangan pergi dan berpikir, pembacaku yang terhormat, bahwa planet akan karam mendadak. Ini adalah peristiwa yang lama, lambat dan…”.
“Pembacaku yang Terhormat: Aku berbicara sangat jelas sehingga anda dapat mengerti kebutuhan untuk memulai bekerja serius seperti seorang yang bekerja akan diselamatkan dari bahaya”.
Ini bukan untuk teori atau diskusi belaka. Sebagai gantinya, pengajaran yang benar yang saya berikan di buku ini perlu dialami. Tidak ada sesuatu lain yang bisa kita gunakan untuk menolong”.
V.M.Rabolu
*
HERCOLUBUS, PLANET YANG MENDEKATI BUMI KITA
Untuk Ilmu Pengetahuan jaman sekarang ada pertanyaan-pertanyaan yang tak ada jawabannya tentang mekanisme perbintangan. Salah satu dari pertanyaaan itu ialah mengenai pendekatan Hercolubus, planet yang disebut demikian oleh ilmu pengetahuan yang kuno dan yang mana pende katannya ke sistem tata surya kita bukan hanya kenyataan yang akan segera terjadi, yang akan dilihat oleh semua orang, tetapi juga mengaki batkan guncangan-guncangan yang sangat besar di seluruh pelosok dunia.
Seperti perputaran kehidupan, semuanya kembali ke awalnya dan ke
akhirnya, karena sudah terjadi pendekatan Hercolubus sebelumnya yang menghancurkan kebudayaan Atlantis.
Bumi, Bulan dan Hercolubus
Fakta-fakta ini, yang dikenal baik oleh semua manusia yang sepanjang sejarah memiliki “Kesadaran yang Menggugah”, sudah diceritakan sebagaimana mestinya melalui semua “Air Bah Universal” dari berbagai agama dan kebudayaan.
Sepanjang zaman, para penulis yang bermacam-macam sejak dulu telah berbicara tentang fenomena kosmis seperti itu.
Salah satu darinya, V.M. Rabolu, adalah seorang manusia yang memiliki kepandaian dari Kesadaran yang Menggugah yang mengijinkannya menyelidiki tentang pendekatan planet tersebut. Inilah beberapa paragraf dari karyanya yang berjudul “Hercolubus atau Planet Merah”.
“Kalau Hercolubus datang semakin dekat dengan Bumi dan sejajar dengan Matahari, wabah-wabah yang membawa maut akan mulai berkembang dan menyebar di seluruh planet. Para dokter dan ilmu pengetahuan resmi tidak mampu mengidentifikasi penhakit-penyakit ini atau menemukan cara penyembuhannya. Mereka tidak akan berdaya menghadapi wabah-wabah ini.”
“Kemudian datang kejadian yang menyedihkan dan kegelapan : gemetaran, gempa bumi dan gelombang tsunami. Manusia akan mengalami gangguan jiwa, karena mereka tidak bisa makan atau tidur. Dalam menghadapi bahaya, mereka akan pergi berbondong-bondong untuk melemparkan diri ke jurang yang curam sebab mereka betul-betul gila.”
“Apa yang saya nyatakan dalam buku ini adalah suatu ramalan yang akan segera terjadi, karena saya tahu dan sangat yakin dengan akhir planet kita. Saya tidak ingin menakutkan siapa pun, hanya memperingatkan sebab saya merasa sangat cemas tentang Umat Manusaia yang lemah ini. Peristiwa-peristiwa ini tidak akan menunggu dan tidak ada waktu lagi untuk dihamburkan dengan hal-hal yang khayal.”
Gravitasi normal (kiri) Gravitasi saat Hercolubus mendekati Bumi (tengah) dan gravitasi Hercolubus yang kuat akan membuat Bumi menjadi lonjong (kanan)
Dalam buku ini V.M.Rabolu mengajarkan dengan jelas cara penghilangan cacat atau kekurangan psikologis dan teknik proyeksi perbintangan sebagai satu-satunya rumusan yang ada untuk menghindarkan diri dari kataklisme yang akan datang Beliau mengkahiri dengan berkata :
“Pembaca yang terhormat, saya berbicara dengan sangat jelas supaya
anda mengerti keperluan yang ada untuk mulai bekerja dengan serius.
Karena ia yang sedang bekerja akan selamat dari bahaya. Ini tidak
berarti bahwa manusia harus mengembangkan teori-teori dan diskusi-
diskusi, tetapi sypaya mereka mengalami pengajaran yang murni yang saya berikan di buku ini, karena tidak ada lagi jalan keluar”.

Masih Bersifat Rahasia: Tim Istana Temukan Peradaban Kuno di Laut


“Kami menemukan peradaban silam, seperti seni bangunan yang secara usia mencengangkan.”

Tim studi bencana katastropika purba yang diinisiasi tim Staf Khusus Presiden dan tim ahli gempa, tsunami, dan ahli geologi telah merekomendasikan beberapa hasil temuan penelitian mereka untuk menjadi cagar budaya. Tim ini menemukan sebuah sisa peradaban kuno yang sudah terbenam di dasar laut!
Menurut Wisnu Agung Prasetya, salah satu anggota tim, setelah bekerja 10 bulan lebih, mencoba untuk mencari dan meneliti fakta dan data bencana di abad modern ataupun jaman purba yang katastropik, yang dampaknya menghilangkan peradaban.
Provinsi Banten (Banten Province West Java)
“Yang mengagetkan bagi tim adalah dalam lokasi-lokasi riset kami, dengan pendekatan trenching, coral, uji radar, geolistrik dan sebagainya, ternyata kami menemukan peradaban masa silam seperti seni bangunan, yang secara usia mencengangkan,” kata Wisnu dalam siaran pers.
Namun Wisnu menolak menyebut lokasi yang dimaksud. Wisnu mengungkapkan, lokasinya berada di kawasan Priangan yang juga meliputi Banten Selatan.
Tim meyakini, peradaban yang hilang ini tenggelam karena mega tsunami semacam yang terjadi di Aceh pada tahun 2004 lalu.
“Padahal di Aceh ada kata Ie Beuna artinya ombak besar bergulung-gulung yang artinya pernah ada tsunami di Aceh di waktu-waktu sebelumnya. Logis jika ada peradaban dan pengetahuan yang terpendam,” kata Wisnu lagi.
Kota yang tenggelam dibawah laut biasanya meninggalkan artifak yang jauh lebih utuh karena tak terjamah oleh tangan manusia.
Pavlopetri, situs kota tertua bawah laut di daerah Yunani.
Dan temuan ini adalah temuan pertama kota kuno bawah laut di Indonesia. Penemuan ini mengingatkan beberapa tahun lalu ditemukannya kota tertua dibawah laut di daerah Yunani. (baca: Pavlopetri, Situs Kota Bawah Laut Tertua di Dunia)
Tim ini bekerja bukan khusus untuk meneliti kebudayaan kuno. Tim ini untuk mendukung kebutuhan pokok mitigasi kebencanaan.
“Pembuatan zonasi gempa berdasarkan zonasi sumber gempa dan fungsi atenuasi yang disempurnakan, juga penelitian tentang kekuatan, daktilitas, perkuatan dan perbaikan struktur bangunan terhadap pembebanan seismik, pengembangan metode prediksi gempa dengan metode tertentu,” kata Wisnu.
Dan yang terpenting, lanjutnya, riset ini adalah  uji materi, bahkan memasukkan kasus yang sama sekali baru untuk pembuatan katalog tsunami dan pemetaan potensi gempa pembangkit tsunami, yang terjadi dalam waktu-waktu yang lampau.
“Ada missing link yang harus dijembatani, dari berbagai periode sejarah ini.
Pendekatan geologis, arkeologis, antropologis, dan penelitian yang komprehensif mesti diambil alih oleh negara dan dapat dicagarkan, terutama seni bangunan dan pengetahuan yang tersimpan.
Harapannya menjadi pusat penelitian masyarakat, wisata kebudayaan nantinya, dan kebanggaan nasional,” katanya.
Selat Sunda di mana Gunung Krakatau terbentang telah memunculkan spekulasi sebagai pusat dari legenda Atlantis yang hilang. Argumen ini dikemukakan Arysio Santos, seorang geolog dari Amerika Latin. (baca: Mungkin, Nusantara adalah The Atlantis yang hilang dan kini dicari)
Belakangan, Stephen Oppenheimer, genetikawan Inggris, menulis buku “Eden in the East” yang menyimpulkan Asia Tenggara merupakan pusat penyebaran genetika kedua manusia setelah keluar dari Afrika.(baca: Ilmuwan: Peradaban Dunia Berawal dari Indonesia!)
Pusat penyebaran tersebut menurut Oppenheimer, kemudian tenggelam ketika es mencair pada kurun antara 14.000 sampai 8.000 tahun yang lalu.
Namun khusus temuan di daerah Priangan oleh tim studi bencana katastropika purba di Indonesia masih bersifat dirahasiakan untuk menjaga artifak dan untuk kepentingan situs tersebut. (np/vivanews/icc.wp.com)

Ilmuwan Temukan Bukti Eksistensi Monster Laut

Kisah ini beredar di kalangan pelaut Norwegia dan Islandia: di dalam lautan luas hidup monster laut bernama Kraken. Ia sanggup menelan kapal besar atau ikan paus hanya dalam sekali membuka mulut.
Legenda Kraken hidup selama ribuan tahun. Meski terdengar fiksi, Kraken muncul dalam buku sejarah alam Norwegia, ‘Natural History of Norway‘ terbitan tahun 1752 yang dikarang Uskup Borgen, Erik Pontoppidan.
Kini seorang peneliti mengklaim, ia telah menemukan bukti bahwa mahluk mistis itu benar-benar ada.
Kraken the colossal octopus: a drawing by malacologist Pierre Dénys de Montfort (1801) (based on descriptions by French sailors). (wikipedia)
Adalah Mark McMenamin, paleoantologis dari Mount Holyoke College, Massachusetts, yang mengaku menemukan sisa-sisa mahluk laut, di mana Kraken diduga kuat berada di balik kematian mereka.
McMenamin mengatakan, bukti keberadaan Kraken yang panjangnya bisa mencapai 30 meter, berasal dari bekas luka menganga yang ada di tubuh reptil laut raksasa predator, ichthyosaur yang besarnya mirip bus sekolah. Mahluk itu tenggelam dengan kondisi leher patah.
Hasil temuan itu dipresentasikan dalam pertemuan tahuan Geological Society of America di Minneapolis.
Peneliti mengklaim, dasar teorinya adalah, lokasi fosil dan tanda hisapan pada tulang . Sementara para kritikus menganggap, klaimnya itu tak lebih dari sekedar dugaan.
Teori itu muncul saat McMenamin mulai meneliti sembilan sisa-sisa ichthyosaur dari spesies Shonisaur di  Berlin-Ichthyosaur State Park di Nevada.
Pierre Dénys de Montfort’s “Poulpe Colossal” attacks a merchant ship (1810). (wikipedia)
Awalnya diduga, mahluk dengan kepala mirip lumba-lumba, dengan moncong panjang bergigi, mirip dengan ikan paus, meninggal karena plankton beracun yang tumbuh di dasar laut.
Namun, dugaan itu dibantah McMenamin. “Saya menyadari, selalu ada kontroversi tentang segala sesuatu yang terjadi di kedalaman. Mungkin ada hal menarik yang sedang terjadi.”
Tak hanya tanda-tanda pada tulang yang menguatkan teori bahwa mahluk itu tak tewas secara bersamaan.
McMenamin mengatakan, susunan tulang memberi petunjuk, mahluk seperti cumi, atau Kraken telah menenggelamkan ichthyosaur dan mematahkan lehernya.
Sarang Kraken temuan ilmuwan, Mark McMenamin (Daily Mail, Mark McMenamin )
McMenamin mengatakan, binatang yang dimangsa dibawa dari lokasinya terbunuh ke sebuah tempat yang diduga sebagai sarang Kraken, dan dibuang dalam pola tentakel makhluk misterius itu. Ia mengklaim telah menemukan sarang Kraken.
Lalu, mengapa tak ada fosil Kraken yang ditemukan? McMenamin berdalil, cumi-cumi adalah mahluk bertubuh lunak.
McMenamin sadar, teorinya tentang sarang Kraken ini kontroversial, dan terancam dibantai banyak ilmuwan. Tapi ia siap menghadapinya. “Kami menemukan kasus yang bagus,” kata dia.
Secara terpisah, Brian Switek, peneliti dari New Jersey State Museum, menulis untuk Wired.com, mengatakan, teori McMenamin adalah tidak lebih dari ‘membaca tulang’. (sumber: LiveScience, DailyMail, vivanews/umi/icc.wp.com)
Foto ilustrasi

Bumi Selamat karena Jupiter Usir Planet Besar

Tata surya kita kemungkinan telah ‘mengusir’ sebuah planet raksasa saat baru terbentuk.

David Nesvorny, peneliti dari Southwest Research Institute menyebutkan, ada kemungkinan bahwa tata surya dahulunya memiliki 5 planet raksasa. Bukan empat planet seperti yang ada saat ini.
Seperti diketahui, saat baru terbentuk, planet-planet yang ada di tata surya belum memiliki orbit yang stabil dan kemungkinan besar Jupiter pernah mendekat ke arah Matahari sebelum kembali ke posisinya.
Tetapi, bagaimana Jupiter bisa berpindah posisi tanpa menyebabkan Bumi bertabrakan dengan Mars atau Venus tidak bisa diketahui.
Perbandingan Bumi (kiri) dengan planet terbesar tata surya, Yupiter (kanan).
Namun, lewat simulasi komputer, dengan menambahkan sebuah planet raksasa dengan massa serupa dengan planet Uranus atau Neptunus, akhirnya semua masuk logika.
Simulasi komputer menunjukkan, satu buah planet besar telah dikeluarkan dari tata surya oleh Jupiter.
Setelah planet raksasa di tata surya tinggal empat buah, Jupiter kemudian bisa berpindah kembali ke posisi awal dan membuat susunan planet-planet tersisa menjadi seperti saat ini tanpa mengganggu planet-planet dalam.
“Kemungkinan bahwa pada awalnya sistem tata surya memiliki lebih dari empat planet raksasa dan kemudian melepaskan beberapa di antaranya tampak dimungkinkan jika melihat temuan sejumlah planet yang bergerak bebas di ruang antar galaksi beberapa waktu terakhir,” kata Nesvorny, seperti dikutip dari Astronomy Now, 13 November 2011.
Nesvorny menyebutkan, temuan-temuan itu mengindikasikan bahwa proses pengusiran planet-planet dari sistem tata surya merupakan hal yang umum terjadi. Temuan ini sendiri dipublikasikan di jurnal The Astrophysical Journal Letters.
Perpindahan posisi planet Jupiter saat sistem tata surya baru lahir sendiri sudah diteliti sejak lama. Menurut pelenliti, salah satu efek sampingnya adalah yang mengakibatkan ukuran planet Mars menjadi kerdil dibanding planet-planet tetangganya. (umi/vivanews/icc.wp.com)
Pergerakan permukaan atmosfir di planet Jupiter (animasi). Terlihat aliran atmosfir dan pusaran angin "Red Spot" yang besarnya lebih dari ukuran Bumi dan telah ada sejak pertama kali planet ini ditemukan.

Ada Lagi, Situs Megalith Misterius Mirip “Gunung Padang” Namun Ini di Cilacap!

Lokasi ini juga dikeramatkan warga sekitar. Ada struktur balok-balok batu yang tersusun.

Di sebuah pegunungan di Desa Salebu, Kecamatan Majenang, Cilacap, ditemukan pula sebuah situs kuno yang juga disebut warga sekitar sebagai Gunung Padang. Situs megalitikum ini menampilkan struktur balok-balok batu segi empat, segi lima dan segi enam yang rebah ke arah timur.
Panjang rata-rata balok batu ini tiga sampai empat meter, tersusun sampai ketinggian 30 meter, lebar 15 meter dan panjang 20 meter. Di sisi sebelah barat terdapat sebuah makam yang menurut warga sekitar adalah pembuat situs dan konon masih trah keturunan Kerajaan Pajajaran.
Di sebelah kiri dan kanan situs ini terdapat masing-masing gua. Juru kunci situs, Suganda, menyebut, gua sebelah kanan mengeluarkan wangi harum, sementara yang di sebelah kiri berbau amis. Gua-gua ini menjadi sasaran pertama atau peziarah belakangan ini ramai berkunjung.
Untuk menuju ke lokasi situs Gunung Padang dari Ibukota Kecamatan Majenang butuh waktu empat jam menuju ke desa terakhir yaitu Desa Cibeunying. Selanjutnya dari desa terahir menuju ke lokasi situs yang terletak di Desa Salebu harus berjalan kaki selama satu jam melintasi hutan.
Sementara itu, Hizi Firmansyah, seorang pemerhati lingkungan dan benda cagar budaya, mengaku sangat prihatin dengan kondisi situs Gunung Padang. Menurutnya, kondisinya sangat rusak dan tidak terawat. Hingga saat ini belum pernah ada perhatian dari pemerintah daerah untuk melakukan perhatian terhadap situs yang memiliki nilai sejarah yang tinggi ini.
Runtuhan situs Gunung Padang Cilacap (courtesy:vivanews.com)
Penyadaran Masyarakat
Sebelum semakin rusak parah, perlu ada penyadaran terhadap masyarakat yang tinggal di sekitar situs untuk melakukan perhatian dan mulai menjaga dan merawat benda bersejarah tersebut. Selain warga, juga perlu ada campur tangan pemerintah daerah melalui dinas pariwisata untuk melakukan upaya terhadap benda purbakala yang jika dikelola dengan baik akan menjadi potensi pariwisata yang menarik.
Penemuan Gunung Padang di Majenang ini sendiri sudah sejak beberapa tahun lalu. Harian lokal Jawa Tengah, Suara Merdeka, menyatakan, situs ini terungkap pada 2008 lalu, di kawasan yang sebelumnya dianggap keramat oleh warga setempat.
Kini temuan Gunung Padang di Majenang ini jadi hangat lagi diperbincangkan menyusul terungkapnya sejumlah fakta baru mengenai Gunung Padang di Cianjur.
Temuan terbaru dari tim riset yang dikomandoi Staf Khusus Presiden bidang Bencana dan Bantuan Sosial, Andi Arief, menemukan fakta situs Gunung Padang adalah struktur yang dibuat manusia menyerupai punden berundak-undak, dengan usia pembangunan minimal 6.000 tahun yang lalu. (ren)
Seorang warga lokal sedang berdiri disamping runtuhan situs Gunung Padang Cilacap (courtesy:vivanews.com)
Situs di Gunung Padang, Desa Salebu, Majenang, Cilacap, Jawa Tengah, juga berbentuk bebatuan yang tersusun mendekati bentuk piramida. Namun sayangnya, separuh situs ini sudah rusak berat oleh akibat alamiah atau pun ulah manusia.
Hizi Firmansah, seorang aktivis pemerhati situs ini, hingga saat ini, belum ada upaya konservasi terhadap situs bebatuan ini. Minggu 27 Mei 2012, Hizi menyebutkan terahir tahun 2008 bentuk dari situs ini masih sangat terlihat bagus, namun saat ini kondisinya telah banyak yang rusak.
Kerusakan terparah terlihat pada bagian tangga, selain tertutup semak belukar, bagian ini juga sudah tidak terlihat bentuk aslinya karena telah longsor. Selain itu, sebagian bebatuan yang panjang juga beberapa sudah patah dan di sekitar lokasi tidak terlihat patahan bebatuan tersebut.
Meski begitu, kata Hizi, dibandingkan dengan situs serupa yang ditemukan di Gunung Padang Cianjur, susunan bebatuan Desa Salebu, Cilacap, ini meski sebagian tertutup tanah, terlihat menjulang seperti piramida. Terlihat sejumlah bebatuan tersusun dalam bentuk kuncian yang mengindikasikan rekayasa oleh tangan-tangan manusia.
Terlihat sejumlah bebatuan tersusun dalam bentuk kuncian yang mengindikasikan rekayasa oleh tangan-tangan manusia. (courtesy:vivanews.com)
Untuk melihat sistem kuncian batu ini, saksikan gambar-gambarnya di sini (vivanews).

Situs megalitikum ini menampilkan struktur balok-balok batu segi empat, segi lima dan segi enam yang rebah ke arah timur. Panjang rata-rata balok batu ini tiga sampai empat meter, tersusun sampai ketinggian 30 meter, lebar 15 meter dan panjang 20 meter. Di sisi sebelah barat terdapat sebuah makam yang menurut warga sekitar adalah pembuat situs dan konon masih trah keturunan Kerajaan Padjajaran.
Di sebelah kiri dan kanan situs ini terdapat masing-masing gua. Juru kunci situs, Suganda, menyebut, gua sebelah kanan mengeluarkan wangi harum, sementara yang di sebelah kiri berbau amis. Gua-gua ini menjadi sasaran pertapa atau peziarah belakangan ini ramai berkunjung. (umi)
*

Perhutani Hibah Lahan Gunung Padang Cilacap

Tanahnya masih dimiliki Perhutani, namun warga disilakan mengelola lahan lokasi situs itu

Untuk melindungi situs bebatuan yang berbentuk piramida di kawasan Gunung Padang, Desa Salebu, Kecamatan Majenang, Cilacap, Jawa Tengah, Perhutani mengalokasikan 7 hektare lahan untuk melindungi kawasan itu.
Menurut Suratman, Asisten Perhutani Wilayah Kecamatan Majenang, Perhutani menetapkan kawasan itu sebagai hutan lindung terbatas. Status kawasan tersebut masih dimiliki oleh Perhutani namun pengelolaannya sepenuhnya diserahkan kepada warga masyarakat.
Sementara itu, juru kunci Gunung Padang, Suganda, menyatakan, sejak Perhutani menyerahkan pengelolaan kawasan hutan di sekitar situs untuk dikelola oleh warga, kawasan tersebut kini ditumbuhi semak belukar karena tidak terawat. Sebagian warga memanfaatkan lahan di tepian untuk menanam berbagai macam tanaman.
Meski telah mendapat hak pengelolaan kawasan hutan yang ada di sekitar situs, namun warga yang tinggal di kawasan situs tidak dapat berbuat banyak. Selama ini upaya yang dilakukan warga hanya sebatas menjaga kawasan situs agar tidak dijamah oleh masyarakat luas yang berakibat pada kerusakan situs yang semakin parah. (umi)
Terlihat sejumlah bebatuan bronjong tersusun rapi. (courtesy:vivanews.com)
*

Gunung Padang Cilacap Berbentuk Piramida

Saat ini kondisinya rusak parah terutama karena akibat alamiah.

Situs di Gunung Padang, Desa Salebu, Majenang, Cilacap, Jawa Tengah, juga berbentuk bebatuan yang tersusun mendekati bentuk piramida. Namun sayangnya, separuh situs ini sudah rusak berat oleh akibat alamiah atau pun ulah manusia.
Hingga saat ini belum ada hasil penelitian yang dapat menjelaskan tentang situs kuno bebatuan yang tersusun rapi berbentuk piramida ini.
Menurut Suganda, juru kunci situs, ada cerita rakyat yang berkembang di desa-desa sekitar kawasan situs ini. Konon, pada zaman kerajaan Padjajaran, Naganingrum, istri pertama Raja Padjajaran Prabu Kian Santang, pada saat hamil meminta dibangunkan istana di sebelah timur kerajaan Padjajaran.
Masyarakat sekitar meyakini, tumpukan batu yang tersusun rapi ini konon yang dipersiapkan untuk membuat istana. Namun karena anak yang sebelumnya diketahui berjenis kelamin laki laki pada saat lahir, dibuang dan diganti dengan anak anjing, Prabu Kian Santang marah dan pembangunan keraton timur dibatalkan.
Warga berharap, ada sebuah penelitian yang dapat menjelaskan mengenai situs tersebut. Selain untuk mengetahui sejarah, situs bebatuan kuno yang berbentuk piramida ini juga sangat indah dan berpotensi sebagai sebuah kawasan cagar budaya yang dapat dijadikan tujuan wisata. (umi)
Terlihat seorang warga lokal sedang menaiki sejumlah bebatuan bronjong yang tersusun rapi di runtuhan situs Gunung Padang Cilacap. (courtesy:vivanews.com)
*

Keanehan di “Piramida” Gunung Padang Cilacap

Ada batu yang formasinya mirip tumpukan permainan tetris.

Tumpukan batu mirip piramida atau punden berundak itu berada di pelosok kawasan pegunungan Desa Salebu, Kecamatan Majenang, Cilacap, Jawa Tengah. Entah berapa lama ia teronggok di sana, bisa ratusan atau mungkin ribuan tahun.
Masyarakat sekitar menyebutnya sebagai Gunung Padang, menjadikannya tempat keramat untuk ritual tertentu. Keberadaannya baru terkuak pada khalayak luas lewat media massa tahun 2008 lalu.
Tak mudah untuk mencapai lokasi Gunung Padang. Butuh waktu empat jam dari Desa Salebu, menyusuri hutan pinus melewati sungai kecil Cikahuripan. Lalu masuk lagi ke hutan lindung, menempuh perjalanan di jalan sempit, menerobos semak belukar. Hingga sampai di sebuah mata air.
Di sana, pengunjung diminta melakukan ritual, berwudhu dan mengumandangkan adzan. Perjalanan dilanjutkan dengan menyusuri tebing menuju ke arah tumpukan batu menjulang.
Warga lokal sedang duduk-duduk diatas susunan batu brojongan yang tersusun rapi kearah atas (courtesy:vivanews.com)
Di pintu gerbang, ritual kedua dilakukan. Juru kunci melemparkan sejumlah koin ke bebatuan. Sudah banyak recehan berserakan di sana. Suganda, nama juru kunci itu, lalu membakar kemenyan, komat-kamit mengucap mantera.
Lalu, ia mengambil sebuah tongkat kecil, sepanjang tangan orang dewasa. Pria paro baya itu, menusukkannya ke batuan. Yang aneh, tongkat itu terlihat lebih panjang. “Ini pertanda kunjungan ke situs direstui,” kata Ganda kepada VIVAnews.
Dia menjelaskan, sudah lama warga sekitar mengkeramatkan tumpukan batu itu. Konon, cerita yang beredar, batu-batu itu adalah bahan bangunan untuk mendirikan keraton Kerajaan Padjajaran yang urung didirikan. Di sebelah kiri dan kanan situs ini terdapat gua. Kata Suanda, sebelah kanan mengeluarkan wangi harum, sementara yang di sebelah kiri bau amis.
Pemerhati budaya asal Majenang, Hizi Firmansyah mengatakan, 30 persen situs telah rusak. Padahal tahun 2008 lalu ia masih terlihat kokoh.
Yang tak kalah unik dari Gunung Padang Cilacap adalah batuan pembentuknya. Balok-balok batu granit yang terpahat rapi disusun teratur, rebah memajang ke arah timur. Ada batu segi empat, segi lima, dan segi enam.
Rata-rata satu balok memiliki panjang 3 sampai 4 meter, setinggi 30 meter. Sebagian struktur tertimbun tanah. Pembuatnya, entah siapa, dipastikan menguasai teknologi maju. Salah satu buktinya, teknik kuncian batu yang bentuknya mirip formasi tetris.
Yang jadi pertanyaan besar adalah, bagaimanakah nenek moyang kita bisa membentuk dan menata batu-batu rapi itu di atas gunung yang dikelilingi hutan belantara.
Seorang warga lokal berada disebelah bebatuan di Gunung Padang Cilacap, diantaranya ada yang tersusun dalam bentuk kuncian seperti permainan “tetris” (sedang dipegang) yang mengindikasikan adanya rekayasa oleh tangan-tangan manusia. (courtesy:vivanews.com)
Ahli geologi akan meneliti

Kini, setelah media ramai memberitakan struktur batu aneh di Gunung Padang Cilacap, ahli geologi dari Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Muhammad Aziz berniat memeriksa batuan yang ada di sana.
Harus dibuktikan secara ilmiah, apakah ia merupakan manifestasi  dari sebuah proses alamiah atau memang batuan tersebut  terbentuk karena sebuah proses kreatifitas manusia pada zaman dahulu.
Salah satu metode yang akan dilakukan yaitu dengan menelaah lokasinya pada peta geologi. Untuk mengetahui apakah di sana berpotensi muncul struktur batuan secara alamiah.
Jika diketahui, batuan yang ada tidak sama dengan potensi jenis batuan yang terdapat di peta geologi, maka kemungkinan batuan tersebut merupakan buatan manusia.
Tak hanya secara geologi, juga butuh kajian  disiplin ilmu lain, yakni arkeologi dan sejarah untuk memastikan, apakah Gunung Padang Cilacap adalah situs sejarah, atau mungkin layak disebut situs purbakala. Juga untuk menentukan usia batuan itu. (umi/VIVANEWS.COM)

The Sims 3 - New Real House