12 Juni 2012

Planet-X Besar, Hercolubus atau “Planet Merah”, Sedang Mendekati Tata Surya

“Anda seharusnya tahu, jika sebuah planet berukuran sangat besar sedang mendekati Bumi.” (V.M. Rabolu)
*
Dalam karya bukunya ini V.M. Rabolu akan menggambarkan secara detil suatu bencana yang akan dialami umat manusia dalam waktu yang singkat oleh pergerakan suatu benda berukuran raksasa dan apa yang kita bisa perbuat untuk menghindarinya.
Dalam teori tabrakan Nibiru, banyak versi mengenai teori ini. Tabrakan Nibiru adalah pertemuan Bumi dengan planet besar (baik berupa tabrakan maupun hampir menabrak) yang dipercaya akan terjadi pada awal abad ke-21.

Zeta Reticuli, Zeta Reticuli-A (kiri) dan Zeta Reticuli-B (kanan)
Penganut peristiwa ini menyebut obyek yang mendekati Bumi itu sebagai Planet X atau Nibiru.
Ide ini pertama kali diusulkan oleh Nancy Lieder tahun 1995. Lieder menyatakan dapat menerima pesan dari makhluk ekstraterestrial dari sistem Zeta Reticuli (id|en).
Ia memperingati manusia bahwa benda tersebut akan melewati tata surya pada Mei 2003 (nantinya diubah menjadi 2010), menyebabkan pergeseran kutub bumi yang akan menghancurkan peradaban umat manusia. (baca: Pole Shifts: Kutub Utara dan Selatan Sedang Berpindah Akibatkan Anomali Cuaca)
Ramalan tabrakan ini menyebar di luar situs Lieder, dan dipercaya oleh grup-grup yang menghubungkan tabrakan Nibiru dengan ramalan kiamat 2012.
Meskipun nama “Nibiru” berasal dari karya Zecharia Sitchin mengenai astronot kuno, Sitchin sendiri membantah hubungan antara karyanya dengan bencana yang akan datang.
Lintasan "planet-X" sangat lonjong membuat planet ini tak terlihat pada saat menjauhi matahari
Usul bahwa obyek sebesar planet akan menabrak bumi pada masa depan tidak didukung oleh bukti ilmiah dan dianggap sebagai ilmu semu.
Namun, ketakutan  akan tabrakan Nibiru menyebabkan kepanikan pada publik, salah satunya adalah planet Hercolubus.
Para ilmuwan juga ada yang berpendapat bahwa sistim tatasurya ini tak akan terjadi seperti sekarang tanpa ada satu planet gas lagi.
Nah, teori inilah yang tambah meyakinkan bahwa masih ada satu planet gas besar yang hingga kini belum terdeteksi. (baca: Seharusnya Masih Ada Satu Planet Lagi Dalam Tatasurya, Kemana Planet Itu?)
Para peneliti berteori macam-macam, ada yang meyakini bahwa planet-X tersebut sudah terpental menjauhi sistim tata surya dan tak kenmbali, namun ada juga yang berpendapat bahwa planet-X tersebut hanya sedang menjauhi matahari hingga ke daerah sabuk Kuiper atau awan Oort namun akan mendekati matahari kembali menurut garis edarnya yang lonjong.
Karena garis edarnya yang lonjong inilah yang membuat planet-X ini mendekati matahari hanya dalam periode beberapa ribu tahun sekali dan sulit terdeteksi.
“Mari kita memperbincangkan tentang Hercolubus atau planet merah, yang mana saat ini sedang mendekati Bumi. Menurut beberapa versi ilmiah, bahkan telah memperkirakan, menimbang dan mengukur garis tengahnya, seolah-olah adalah mainan anak-anak, tetapi nyatanya tidak seperti itu.”
Perbandingan planet Bumi (kiri) dan planet Yupiter, planet terbesar di tatasurya (tengah) dengan planet Hercolubus (kanan)
“Hercolubus, atau planet merah, adalah lima atau enam kali lebih besar dari Jupiter. Ini merupakan planet raksasa yang sangat besar dan tidak ada yang dapat mengalihkannya”.
“Ada celah dalam yang sangat besar di dasar laut, yang mana telah berhubungan dangan api di dalam bumi.”
“Ini tiba secara langsung ke ekperimen atom yang dilaksanakan oleh ilmuwan dan kekuasaan-kekuasaan yang percaya bahwa diri mereka sendiri adalah yang maha kuasa.”
Mereka belum mempertimbangkan konsekuensi kekejaman atau kekejian yang telah mereka lakukan dan bahkan terus mereka lakukan, melawan planet maupun umat manusia”.
Lintasan planet Hercolubus terhadap matahari.
“Oleh karena celah pasang surut ombak ini, gempa Bumi dan berbagai hal lain yang mengerikan akan terjadi di air dan di atas daratan.”
“Tidak ada kota pesisir yang tidak akan dihanyutkan dan daratan akan mulai karam ke dalam samudera karena poros Bumi mulai bergeser sebagai suatu hasil dari semua eksperimen yang dilaksanakan”.
“Posisi Bumi tidak pada posisi yang benar dan ini berkombinasi dengan guncangan, gempa bumi dan ombak pasang surut, yang akan menyebabkan pergeseran kutub sepenuhnya dan penenggelamannya akan mulai.”
“Jangan pergi dan berpikir, pembacaku yang terhormat, bahwa planet akan karam mendadak. Ini adalah peristiwa yang lama, lambat dan…”.
“Pembacaku yang Terhormat: Aku berbicara sangat jelas sehingga anda dapat mengerti kebutuhan untuk memulai bekerja serius seperti seorang yang bekerja akan diselamatkan dari bahaya”.
Ini bukan untuk teori atau diskusi belaka. Sebagai gantinya, pengajaran yang benar yang saya berikan di buku ini perlu dialami. Tidak ada sesuatu lain yang bisa kita gunakan untuk menolong”.
V.M.Rabolu
*
HERCOLUBUS, PLANET YANG MENDEKATI BUMI KITA
Untuk Ilmu Pengetahuan jaman sekarang ada pertanyaan-pertanyaan yang tak ada jawabannya tentang mekanisme perbintangan. Salah satu dari pertanyaaan itu ialah mengenai pendekatan Hercolubus, planet yang disebut demikian oleh ilmu pengetahuan yang kuno dan yang mana pende katannya ke sistem tata surya kita bukan hanya kenyataan yang akan segera terjadi, yang akan dilihat oleh semua orang, tetapi juga mengaki batkan guncangan-guncangan yang sangat besar di seluruh pelosok dunia.
Seperti perputaran kehidupan, semuanya kembali ke awalnya dan ke
akhirnya, karena sudah terjadi pendekatan Hercolubus sebelumnya yang menghancurkan kebudayaan Atlantis.
Bumi, Bulan dan Hercolubus
Fakta-fakta ini, yang dikenal baik oleh semua manusia yang sepanjang sejarah memiliki “Kesadaran yang Menggugah”, sudah diceritakan sebagaimana mestinya melalui semua “Air Bah Universal” dari berbagai agama dan kebudayaan.
Sepanjang zaman, para penulis yang bermacam-macam sejak dulu telah berbicara tentang fenomena kosmis seperti itu.
Salah satu darinya, V.M. Rabolu, adalah seorang manusia yang memiliki kepandaian dari Kesadaran yang Menggugah yang mengijinkannya menyelidiki tentang pendekatan planet tersebut. Inilah beberapa paragraf dari karyanya yang berjudul “Hercolubus atau Planet Merah”.
“Kalau Hercolubus datang semakin dekat dengan Bumi dan sejajar dengan Matahari, wabah-wabah yang membawa maut akan mulai berkembang dan menyebar di seluruh planet. Para dokter dan ilmu pengetahuan resmi tidak mampu mengidentifikasi penhakit-penyakit ini atau menemukan cara penyembuhannya. Mereka tidak akan berdaya menghadapi wabah-wabah ini.”
“Kemudian datang kejadian yang menyedihkan dan kegelapan : gemetaran, gempa bumi dan gelombang tsunami. Manusia akan mengalami gangguan jiwa, karena mereka tidak bisa makan atau tidur. Dalam menghadapi bahaya, mereka akan pergi berbondong-bondong untuk melemparkan diri ke jurang yang curam sebab mereka betul-betul gila.”
“Apa yang saya nyatakan dalam buku ini adalah suatu ramalan yang akan segera terjadi, karena saya tahu dan sangat yakin dengan akhir planet kita. Saya tidak ingin menakutkan siapa pun, hanya memperingatkan sebab saya merasa sangat cemas tentang Umat Manusaia yang lemah ini. Peristiwa-peristiwa ini tidak akan menunggu dan tidak ada waktu lagi untuk dihamburkan dengan hal-hal yang khayal.”
Gravitasi normal (kiri) Gravitasi saat Hercolubus mendekati Bumi (tengah) dan gravitasi Hercolubus yang kuat akan membuat Bumi menjadi lonjong (kanan)
Dalam buku ini V.M.Rabolu mengajarkan dengan jelas cara penghilangan cacat atau kekurangan psikologis dan teknik proyeksi perbintangan sebagai satu-satunya rumusan yang ada untuk menghindarkan diri dari kataklisme yang akan datang Beliau mengkahiri dengan berkata :
“Pembaca yang terhormat, saya berbicara dengan sangat jelas supaya
anda mengerti keperluan yang ada untuk mulai bekerja dengan serius.
Karena ia yang sedang bekerja akan selamat dari bahaya. Ini tidak
berarti bahwa manusia harus mengembangkan teori-teori dan diskusi-
diskusi, tetapi sypaya mereka mengalami pengajaran yang murni yang saya berikan di buku ini, karena tidak ada lagi jalan keluar”.

Masih Bersifat Rahasia: Tim Istana Temukan Peradaban Kuno di Laut


“Kami menemukan peradaban silam, seperti seni bangunan yang secara usia mencengangkan.”

Tim studi bencana katastropika purba yang diinisiasi tim Staf Khusus Presiden dan tim ahli gempa, tsunami, dan ahli geologi telah merekomendasikan beberapa hasil temuan penelitian mereka untuk menjadi cagar budaya. Tim ini menemukan sebuah sisa peradaban kuno yang sudah terbenam di dasar laut!
Menurut Wisnu Agung Prasetya, salah satu anggota tim, setelah bekerja 10 bulan lebih, mencoba untuk mencari dan meneliti fakta dan data bencana di abad modern ataupun jaman purba yang katastropik, yang dampaknya menghilangkan peradaban.
Provinsi Banten (Banten Province West Java)
“Yang mengagetkan bagi tim adalah dalam lokasi-lokasi riset kami, dengan pendekatan trenching, coral, uji radar, geolistrik dan sebagainya, ternyata kami menemukan peradaban masa silam seperti seni bangunan, yang secara usia mencengangkan,” kata Wisnu dalam siaran pers.
Namun Wisnu menolak menyebut lokasi yang dimaksud. Wisnu mengungkapkan, lokasinya berada di kawasan Priangan yang juga meliputi Banten Selatan.
Tim meyakini, peradaban yang hilang ini tenggelam karena mega tsunami semacam yang terjadi di Aceh pada tahun 2004 lalu.
“Padahal di Aceh ada kata Ie Beuna artinya ombak besar bergulung-gulung yang artinya pernah ada tsunami di Aceh di waktu-waktu sebelumnya. Logis jika ada peradaban dan pengetahuan yang terpendam,” kata Wisnu lagi.
Kota yang tenggelam dibawah laut biasanya meninggalkan artifak yang jauh lebih utuh karena tak terjamah oleh tangan manusia.
Pavlopetri, situs kota tertua bawah laut di daerah Yunani.
Dan temuan ini adalah temuan pertama kota kuno bawah laut di Indonesia. Penemuan ini mengingatkan beberapa tahun lalu ditemukannya kota tertua dibawah laut di daerah Yunani. (baca: Pavlopetri, Situs Kota Bawah Laut Tertua di Dunia)
Tim ini bekerja bukan khusus untuk meneliti kebudayaan kuno. Tim ini untuk mendukung kebutuhan pokok mitigasi kebencanaan.
“Pembuatan zonasi gempa berdasarkan zonasi sumber gempa dan fungsi atenuasi yang disempurnakan, juga penelitian tentang kekuatan, daktilitas, perkuatan dan perbaikan struktur bangunan terhadap pembebanan seismik, pengembangan metode prediksi gempa dengan metode tertentu,” kata Wisnu.
Dan yang terpenting, lanjutnya, riset ini adalah  uji materi, bahkan memasukkan kasus yang sama sekali baru untuk pembuatan katalog tsunami dan pemetaan potensi gempa pembangkit tsunami, yang terjadi dalam waktu-waktu yang lampau.
“Ada missing link yang harus dijembatani, dari berbagai periode sejarah ini.
Pendekatan geologis, arkeologis, antropologis, dan penelitian yang komprehensif mesti diambil alih oleh negara dan dapat dicagarkan, terutama seni bangunan dan pengetahuan yang tersimpan.
Harapannya menjadi pusat penelitian masyarakat, wisata kebudayaan nantinya, dan kebanggaan nasional,” katanya.
Selat Sunda di mana Gunung Krakatau terbentang telah memunculkan spekulasi sebagai pusat dari legenda Atlantis yang hilang. Argumen ini dikemukakan Arysio Santos, seorang geolog dari Amerika Latin. (baca: Mungkin, Nusantara adalah The Atlantis yang hilang dan kini dicari)
Belakangan, Stephen Oppenheimer, genetikawan Inggris, menulis buku “Eden in the East” yang menyimpulkan Asia Tenggara merupakan pusat penyebaran genetika kedua manusia setelah keluar dari Afrika.(baca: Ilmuwan: Peradaban Dunia Berawal dari Indonesia!)
Pusat penyebaran tersebut menurut Oppenheimer, kemudian tenggelam ketika es mencair pada kurun antara 14.000 sampai 8.000 tahun yang lalu.
Namun khusus temuan di daerah Priangan oleh tim studi bencana katastropika purba di Indonesia masih bersifat dirahasiakan untuk menjaga artifak dan untuk kepentingan situs tersebut. (np/vivanews/icc.wp.com)

Ilmuwan Temukan Bukti Eksistensi Monster Laut

Kisah ini beredar di kalangan pelaut Norwegia dan Islandia: di dalam lautan luas hidup monster laut bernama Kraken. Ia sanggup menelan kapal besar atau ikan paus hanya dalam sekali membuka mulut.
Legenda Kraken hidup selama ribuan tahun. Meski terdengar fiksi, Kraken muncul dalam buku sejarah alam Norwegia, ‘Natural History of Norway‘ terbitan tahun 1752 yang dikarang Uskup Borgen, Erik Pontoppidan.
Kini seorang peneliti mengklaim, ia telah menemukan bukti bahwa mahluk mistis itu benar-benar ada.
Kraken the colossal octopus: a drawing by malacologist Pierre Dénys de Montfort (1801) (based on descriptions by French sailors). (wikipedia)
Adalah Mark McMenamin, paleoantologis dari Mount Holyoke College, Massachusetts, yang mengaku menemukan sisa-sisa mahluk laut, di mana Kraken diduga kuat berada di balik kematian mereka.
McMenamin mengatakan, bukti keberadaan Kraken yang panjangnya bisa mencapai 30 meter, berasal dari bekas luka menganga yang ada di tubuh reptil laut raksasa predator, ichthyosaur yang besarnya mirip bus sekolah. Mahluk itu tenggelam dengan kondisi leher patah.
Hasil temuan itu dipresentasikan dalam pertemuan tahuan Geological Society of America di Minneapolis.
Peneliti mengklaim, dasar teorinya adalah, lokasi fosil dan tanda hisapan pada tulang . Sementara para kritikus menganggap, klaimnya itu tak lebih dari sekedar dugaan.
Teori itu muncul saat McMenamin mulai meneliti sembilan sisa-sisa ichthyosaur dari spesies Shonisaur di  Berlin-Ichthyosaur State Park di Nevada.
Pierre Dénys de Montfort’s “Poulpe Colossal” attacks a merchant ship (1810). (wikipedia)
Awalnya diduga, mahluk dengan kepala mirip lumba-lumba, dengan moncong panjang bergigi, mirip dengan ikan paus, meninggal karena plankton beracun yang tumbuh di dasar laut.
Namun, dugaan itu dibantah McMenamin. “Saya menyadari, selalu ada kontroversi tentang segala sesuatu yang terjadi di kedalaman. Mungkin ada hal menarik yang sedang terjadi.”
Tak hanya tanda-tanda pada tulang yang menguatkan teori bahwa mahluk itu tak tewas secara bersamaan.
McMenamin mengatakan, susunan tulang memberi petunjuk, mahluk seperti cumi, atau Kraken telah menenggelamkan ichthyosaur dan mematahkan lehernya.
Sarang Kraken temuan ilmuwan, Mark McMenamin (Daily Mail, Mark McMenamin )
McMenamin mengatakan, binatang yang dimangsa dibawa dari lokasinya terbunuh ke sebuah tempat yang diduga sebagai sarang Kraken, dan dibuang dalam pola tentakel makhluk misterius itu. Ia mengklaim telah menemukan sarang Kraken.
Lalu, mengapa tak ada fosil Kraken yang ditemukan? McMenamin berdalil, cumi-cumi adalah mahluk bertubuh lunak.
McMenamin sadar, teorinya tentang sarang Kraken ini kontroversial, dan terancam dibantai banyak ilmuwan. Tapi ia siap menghadapinya. “Kami menemukan kasus yang bagus,” kata dia.
Secara terpisah, Brian Switek, peneliti dari New Jersey State Museum, menulis untuk Wired.com, mengatakan, teori McMenamin adalah tidak lebih dari ‘membaca tulang’. (sumber: LiveScience, DailyMail, vivanews/umi/icc.wp.com)
Foto ilustrasi

Bumi Selamat karena Jupiter Usir Planet Besar

Tata surya kita kemungkinan telah ‘mengusir’ sebuah planet raksasa saat baru terbentuk.

David Nesvorny, peneliti dari Southwest Research Institute menyebutkan, ada kemungkinan bahwa tata surya dahulunya memiliki 5 planet raksasa. Bukan empat planet seperti yang ada saat ini.
Seperti diketahui, saat baru terbentuk, planet-planet yang ada di tata surya belum memiliki orbit yang stabil dan kemungkinan besar Jupiter pernah mendekat ke arah Matahari sebelum kembali ke posisinya.
Tetapi, bagaimana Jupiter bisa berpindah posisi tanpa menyebabkan Bumi bertabrakan dengan Mars atau Venus tidak bisa diketahui.
Perbandingan Bumi (kiri) dengan planet terbesar tata surya, Yupiter (kanan).
Namun, lewat simulasi komputer, dengan menambahkan sebuah planet raksasa dengan massa serupa dengan planet Uranus atau Neptunus, akhirnya semua masuk logika.
Simulasi komputer menunjukkan, satu buah planet besar telah dikeluarkan dari tata surya oleh Jupiter.
Setelah planet raksasa di tata surya tinggal empat buah, Jupiter kemudian bisa berpindah kembali ke posisi awal dan membuat susunan planet-planet tersisa menjadi seperti saat ini tanpa mengganggu planet-planet dalam.
“Kemungkinan bahwa pada awalnya sistem tata surya memiliki lebih dari empat planet raksasa dan kemudian melepaskan beberapa di antaranya tampak dimungkinkan jika melihat temuan sejumlah planet yang bergerak bebas di ruang antar galaksi beberapa waktu terakhir,” kata Nesvorny, seperti dikutip dari Astronomy Now, 13 November 2011.
Nesvorny menyebutkan, temuan-temuan itu mengindikasikan bahwa proses pengusiran planet-planet dari sistem tata surya merupakan hal yang umum terjadi. Temuan ini sendiri dipublikasikan di jurnal The Astrophysical Journal Letters.
Perpindahan posisi planet Jupiter saat sistem tata surya baru lahir sendiri sudah diteliti sejak lama. Menurut pelenliti, salah satu efek sampingnya adalah yang mengakibatkan ukuran planet Mars menjadi kerdil dibanding planet-planet tetangganya. (umi/vivanews/icc.wp.com)
Pergerakan permukaan atmosfir di planet Jupiter (animasi). Terlihat aliran atmosfir dan pusaran angin "Red Spot" yang besarnya lebih dari ukuran Bumi dan telah ada sejak pertama kali planet ini ditemukan.

Ada Lagi, Situs Megalith Misterius Mirip “Gunung Padang” Namun Ini di Cilacap!

Lokasi ini juga dikeramatkan warga sekitar. Ada struktur balok-balok batu yang tersusun.

Di sebuah pegunungan di Desa Salebu, Kecamatan Majenang, Cilacap, ditemukan pula sebuah situs kuno yang juga disebut warga sekitar sebagai Gunung Padang. Situs megalitikum ini menampilkan struktur balok-balok batu segi empat, segi lima dan segi enam yang rebah ke arah timur.
Panjang rata-rata balok batu ini tiga sampai empat meter, tersusun sampai ketinggian 30 meter, lebar 15 meter dan panjang 20 meter. Di sisi sebelah barat terdapat sebuah makam yang menurut warga sekitar adalah pembuat situs dan konon masih trah keturunan Kerajaan Pajajaran.
Di sebelah kiri dan kanan situs ini terdapat masing-masing gua. Juru kunci situs, Suganda, menyebut, gua sebelah kanan mengeluarkan wangi harum, sementara yang di sebelah kiri berbau amis. Gua-gua ini menjadi sasaran pertama atau peziarah belakangan ini ramai berkunjung.
Untuk menuju ke lokasi situs Gunung Padang dari Ibukota Kecamatan Majenang butuh waktu empat jam menuju ke desa terakhir yaitu Desa Cibeunying. Selanjutnya dari desa terahir menuju ke lokasi situs yang terletak di Desa Salebu harus berjalan kaki selama satu jam melintasi hutan.
Sementara itu, Hizi Firmansyah, seorang pemerhati lingkungan dan benda cagar budaya, mengaku sangat prihatin dengan kondisi situs Gunung Padang. Menurutnya, kondisinya sangat rusak dan tidak terawat. Hingga saat ini belum pernah ada perhatian dari pemerintah daerah untuk melakukan perhatian terhadap situs yang memiliki nilai sejarah yang tinggi ini.
Runtuhan situs Gunung Padang Cilacap (courtesy:vivanews.com)
Penyadaran Masyarakat
Sebelum semakin rusak parah, perlu ada penyadaran terhadap masyarakat yang tinggal di sekitar situs untuk melakukan perhatian dan mulai menjaga dan merawat benda bersejarah tersebut. Selain warga, juga perlu ada campur tangan pemerintah daerah melalui dinas pariwisata untuk melakukan upaya terhadap benda purbakala yang jika dikelola dengan baik akan menjadi potensi pariwisata yang menarik.
Penemuan Gunung Padang di Majenang ini sendiri sudah sejak beberapa tahun lalu. Harian lokal Jawa Tengah, Suara Merdeka, menyatakan, situs ini terungkap pada 2008 lalu, di kawasan yang sebelumnya dianggap keramat oleh warga setempat.
Kini temuan Gunung Padang di Majenang ini jadi hangat lagi diperbincangkan menyusul terungkapnya sejumlah fakta baru mengenai Gunung Padang di Cianjur.
Temuan terbaru dari tim riset yang dikomandoi Staf Khusus Presiden bidang Bencana dan Bantuan Sosial, Andi Arief, menemukan fakta situs Gunung Padang adalah struktur yang dibuat manusia menyerupai punden berundak-undak, dengan usia pembangunan minimal 6.000 tahun yang lalu. (ren)
Seorang warga lokal sedang berdiri disamping runtuhan situs Gunung Padang Cilacap (courtesy:vivanews.com)
Situs di Gunung Padang, Desa Salebu, Majenang, Cilacap, Jawa Tengah, juga berbentuk bebatuan yang tersusun mendekati bentuk piramida. Namun sayangnya, separuh situs ini sudah rusak berat oleh akibat alamiah atau pun ulah manusia.
Hizi Firmansah, seorang aktivis pemerhati situs ini, hingga saat ini, belum ada upaya konservasi terhadap situs bebatuan ini. Minggu 27 Mei 2012, Hizi menyebutkan terahir tahun 2008 bentuk dari situs ini masih sangat terlihat bagus, namun saat ini kondisinya telah banyak yang rusak.
Kerusakan terparah terlihat pada bagian tangga, selain tertutup semak belukar, bagian ini juga sudah tidak terlihat bentuk aslinya karena telah longsor. Selain itu, sebagian bebatuan yang panjang juga beberapa sudah patah dan di sekitar lokasi tidak terlihat patahan bebatuan tersebut.
Meski begitu, kata Hizi, dibandingkan dengan situs serupa yang ditemukan di Gunung Padang Cianjur, susunan bebatuan Desa Salebu, Cilacap, ini meski sebagian tertutup tanah, terlihat menjulang seperti piramida. Terlihat sejumlah bebatuan tersusun dalam bentuk kuncian yang mengindikasikan rekayasa oleh tangan-tangan manusia.
Terlihat sejumlah bebatuan tersusun dalam bentuk kuncian yang mengindikasikan rekayasa oleh tangan-tangan manusia. (courtesy:vivanews.com)
Untuk melihat sistem kuncian batu ini, saksikan gambar-gambarnya di sini (vivanews).

Situs megalitikum ini menampilkan struktur balok-balok batu segi empat, segi lima dan segi enam yang rebah ke arah timur. Panjang rata-rata balok batu ini tiga sampai empat meter, tersusun sampai ketinggian 30 meter, lebar 15 meter dan panjang 20 meter. Di sisi sebelah barat terdapat sebuah makam yang menurut warga sekitar adalah pembuat situs dan konon masih trah keturunan Kerajaan Padjajaran.
Di sebelah kiri dan kanan situs ini terdapat masing-masing gua. Juru kunci situs, Suganda, menyebut, gua sebelah kanan mengeluarkan wangi harum, sementara yang di sebelah kiri berbau amis. Gua-gua ini menjadi sasaran pertapa atau peziarah belakangan ini ramai berkunjung. (umi)
*

Perhutani Hibah Lahan Gunung Padang Cilacap

Tanahnya masih dimiliki Perhutani, namun warga disilakan mengelola lahan lokasi situs itu

Untuk melindungi situs bebatuan yang berbentuk piramida di kawasan Gunung Padang, Desa Salebu, Kecamatan Majenang, Cilacap, Jawa Tengah, Perhutani mengalokasikan 7 hektare lahan untuk melindungi kawasan itu.
Menurut Suratman, Asisten Perhutani Wilayah Kecamatan Majenang, Perhutani menetapkan kawasan itu sebagai hutan lindung terbatas. Status kawasan tersebut masih dimiliki oleh Perhutani namun pengelolaannya sepenuhnya diserahkan kepada warga masyarakat.
Sementara itu, juru kunci Gunung Padang, Suganda, menyatakan, sejak Perhutani menyerahkan pengelolaan kawasan hutan di sekitar situs untuk dikelola oleh warga, kawasan tersebut kini ditumbuhi semak belukar karena tidak terawat. Sebagian warga memanfaatkan lahan di tepian untuk menanam berbagai macam tanaman.
Meski telah mendapat hak pengelolaan kawasan hutan yang ada di sekitar situs, namun warga yang tinggal di kawasan situs tidak dapat berbuat banyak. Selama ini upaya yang dilakukan warga hanya sebatas menjaga kawasan situs agar tidak dijamah oleh masyarakat luas yang berakibat pada kerusakan situs yang semakin parah. (umi)
Terlihat sejumlah bebatuan bronjong tersusun rapi. (courtesy:vivanews.com)
*

Gunung Padang Cilacap Berbentuk Piramida

Saat ini kondisinya rusak parah terutama karena akibat alamiah.

Situs di Gunung Padang, Desa Salebu, Majenang, Cilacap, Jawa Tengah, juga berbentuk bebatuan yang tersusun mendekati bentuk piramida. Namun sayangnya, separuh situs ini sudah rusak berat oleh akibat alamiah atau pun ulah manusia.
Hingga saat ini belum ada hasil penelitian yang dapat menjelaskan tentang situs kuno bebatuan yang tersusun rapi berbentuk piramida ini.
Menurut Suganda, juru kunci situs, ada cerita rakyat yang berkembang di desa-desa sekitar kawasan situs ini. Konon, pada zaman kerajaan Padjajaran, Naganingrum, istri pertama Raja Padjajaran Prabu Kian Santang, pada saat hamil meminta dibangunkan istana di sebelah timur kerajaan Padjajaran.
Masyarakat sekitar meyakini, tumpukan batu yang tersusun rapi ini konon yang dipersiapkan untuk membuat istana. Namun karena anak yang sebelumnya diketahui berjenis kelamin laki laki pada saat lahir, dibuang dan diganti dengan anak anjing, Prabu Kian Santang marah dan pembangunan keraton timur dibatalkan.
Warga berharap, ada sebuah penelitian yang dapat menjelaskan mengenai situs tersebut. Selain untuk mengetahui sejarah, situs bebatuan kuno yang berbentuk piramida ini juga sangat indah dan berpotensi sebagai sebuah kawasan cagar budaya yang dapat dijadikan tujuan wisata. (umi)
Terlihat seorang warga lokal sedang menaiki sejumlah bebatuan bronjong yang tersusun rapi di runtuhan situs Gunung Padang Cilacap. (courtesy:vivanews.com)
*

Keanehan di “Piramida” Gunung Padang Cilacap

Ada batu yang formasinya mirip tumpukan permainan tetris.

Tumpukan batu mirip piramida atau punden berundak itu berada di pelosok kawasan pegunungan Desa Salebu, Kecamatan Majenang, Cilacap, Jawa Tengah. Entah berapa lama ia teronggok di sana, bisa ratusan atau mungkin ribuan tahun.
Masyarakat sekitar menyebutnya sebagai Gunung Padang, menjadikannya tempat keramat untuk ritual tertentu. Keberadaannya baru terkuak pada khalayak luas lewat media massa tahun 2008 lalu.
Tak mudah untuk mencapai lokasi Gunung Padang. Butuh waktu empat jam dari Desa Salebu, menyusuri hutan pinus melewati sungai kecil Cikahuripan. Lalu masuk lagi ke hutan lindung, menempuh perjalanan di jalan sempit, menerobos semak belukar. Hingga sampai di sebuah mata air.
Di sana, pengunjung diminta melakukan ritual, berwudhu dan mengumandangkan adzan. Perjalanan dilanjutkan dengan menyusuri tebing menuju ke arah tumpukan batu menjulang.
Warga lokal sedang duduk-duduk diatas susunan batu brojongan yang tersusun rapi kearah atas (courtesy:vivanews.com)
Di pintu gerbang, ritual kedua dilakukan. Juru kunci melemparkan sejumlah koin ke bebatuan. Sudah banyak recehan berserakan di sana. Suganda, nama juru kunci itu, lalu membakar kemenyan, komat-kamit mengucap mantera.
Lalu, ia mengambil sebuah tongkat kecil, sepanjang tangan orang dewasa. Pria paro baya itu, menusukkannya ke batuan. Yang aneh, tongkat itu terlihat lebih panjang. “Ini pertanda kunjungan ke situs direstui,” kata Ganda kepada VIVAnews.
Dia menjelaskan, sudah lama warga sekitar mengkeramatkan tumpukan batu itu. Konon, cerita yang beredar, batu-batu itu adalah bahan bangunan untuk mendirikan keraton Kerajaan Padjajaran yang urung didirikan. Di sebelah kiri dan kanan situs ini terdapat gua. Kata Suanda, sebelah kanan mengeluarkan wangi harum, sementara yang di sebelah kiri bau amis.
Pemerhati budaya asal Majenang, Hizi Firmansyah mengatakan, 30 persen situs telah rusak. Padahal tahun 2008 lalu ia masih terlihat kokoh.
Yang tak kalah unik dari Gunung Padang Cilacap adalah batuan pembentuknya. Balok-balok batu granit yang terpahat rapi disusun teratur, rebah memajang ke arah timur. Ada batu segi empat, segi lima, dan segi enam.
Rata-rata satu balok memiliki panjang 3 sampai 4 meter, setinggi 30 meter. Sebagian struktur tertimbun tanah. Pembuatnya, entah siapa, dipastikan menguasai teknologi maju. Salah satu buktinya, teknik kuncian batu yang bentuknya mirip formasi tetris.
Yang jadi pertanyaan besar adalah, bagaimanakah nenek moyang kita bisa membentuk dan menata batu-batu rapi itu di atas gunung yang dikelilingi hutan belantara.
Seorang warga lokal berada disebelah bebatuan di Gunung Padang Cilacap, diantaranya ada yang tersusun dalam bentuk kuncian seperti permainan “tetris” (sedang dipegang) yang mengindikasikan adanya rekayasa oleh tangan-tangan manusia. (courtesy:vivanews.com)
Ahli geologi akan meneliti

Kini, setelah media ramai memberitakan struktur batu aneh di Gunung Padang Cilacap, ahli geologi dari Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Muhammad Aziz berniat memeriksa batuan yang ada di sana.
Harus dibuktikan secara ilmiah, apakah ia merupakan manifestasi  dari sebuah proses alamiah atau memang batuan tersebut  terbentuk karena sebuah proses kreatifitas manusia pada zaman dahulu.
Salah satu metode yang akan dilakukan yaitu dengan menelaah lokasinya pada peta geologi. Untuk mengetahui apakah di sana berpotensi muncul struktur batuan secara alamiah.
Jika diketahui, batuan yang ada tidak sama dengan potensi jenis batuan yang terdapat di peta geologi, maka kemungkinan batuan tersebut merupakan buatan manusia.
Tak hanya secara geologi, juga butuh kajian  disiplin ilmu lain, yakni arkeologi dan sejarah untuk memastikan, apakah Gunung Padang Cilacap adalah situs sejarah, atau mungkin layak disebut situs purbakala. Juga untuk menentukan usia batuan itu. (umi/VIVANEWS.COM)

Monyet Ini Telah Lama Punah, Ternyata Ditemukan Lagi di Indonesia!

Ilmuwan yang meneliti hutan hujan tropis di Indonesia menemukan kembali spesies monyet besar dan berwarna abu-abu yang diduga telah punah.
Mereka menemukan kembali langur abu-abu (Presbytis hosei canicrus) yang memiliki wajah hitam dengan bulu-bulu halus di bagian leher yang berwarna abu-abu.
Penemuan itu tak disengaja. Tim sebenarnya sedang memasang kamera jebakan untuk menangkap gambar orangutan, leopard, dan lainnya di hutan Wehea, dibagian timur Kalimantan, Juni 2011.
Tak disangka, dedaunan bergerak-gerak dan tampak grup monyet yang tak pernah dijumpai sebelumnya, tiba-tiba muncul! Wow!
Penemuan itu menantang tim ilmuwan yang dikepalai oleh Brent Loken dari Simon Fraser University di Kanada. Mereka tak punya foto langur abu-abu. Satu-satunya yang dimiliki hanyalah sebuah sketsa dari museum!
“Kami gembira luar biasa mengetahui fakta bahwa ternyata monyet jenis ini masih ada, juga bahwa ini didapati di Wehea, Kalimantan,” kata Loken seperti dikutip AP,  Januari 2012.
Langur yang memiliki ciri mata agak tertutup dan hidung serta bibir yang berwarna sedikit pink ini dipercaya tersebar di Kalimantan, Jawa, Sumatera, dan Thailand. Namun, sebelumnya dinyatakan bahwa jenis ini sudah punah!
Aktivitas pembakaran hutan, konversi lahan, dan pertambangan diduga menjadi sebab jenis ini makin sulit ditemukan.
“Bagi saya, penemuan monyet ini adalah representasi betapa banyaknya spesies yang ada di Indonesia,” ucap Loken.
“Ada banyak satwa yang ciri khas dan sebarannya sangat sedikit kita ketahui menghilang begitu cepat. Rasanya, banyak jenis satwa ini akan punah dengan cepat,” tambah Loken.
Sebagai langkah lanjut dari penemuan ini, ilmuwan akan meneliti lebih jauh jumlah langur abu-abu yang ada di wilayah seluas 38.000 hektar. Sejumlah ilmuwan internasional dan dari Indonesia akan terlibat. “Kita akan coba sebisa mungkin. Namun, ini seperti berpacu melawan waktu,” kata Loken.

Pakar primata yang tak tergabung dalam studi ini, Erick Meijaard, menyatakan dukungan terhadap upaya para ilmuwan. “Ini adalah spesies yang penuh teka-teki,” katanya.
Meijaard mengungkapkan, langur abu-abu dipercaya merupakan subspesies dari monyet daun Indonesia (Presbytis hosei) yang juga terdapat di wilayah Malaysia di Borneo. Namun, ada dugaan bahwa langur abu-abu adalah spesies yang berbeda.
“Kami berpikir bahwa mungkin ini spesies yang berbeda. Ini menjadikan penemuan di Kalimantan ini jauh lebih penting,” kata Meijaard.

Sungai di Beirut Lebanon Tiba-Tiba Berwarna Merah Darah!

Sungai Beirut secara misterius berubah menjadi berwarna merah darah pada pertengahan bulan Februari 2012 lalu, setelah aliran cairan merah tak dikenal itu mulai mengucur dari tepi selatan sungai di Furn al-Shubbak.
Sumber cairan berwarna merah itu belum diketahui, maka sungai tersebut terus mengalirkan air berwarna merah darah tersebut ke Laut Mediterania.
Pemerintah dan pejabat lokal bergegas ke tempat kejadian di persimpangan Chevrolet Furn al-Shubbak dalam upaya untuk menemukan saluran limbah yang membuang air berwarna merah tetapi mereka tidak dapat menemukan sumber tersebut. Tuduhan diperdagangkan antara pejabat dari kota di Hadath, Hazmieh, Sin al-Fil, Furn al-Shubbak dan Shiyah.
Saksi mata yang bekerja di daerah tersebut mengatakan kepada The Daily Star  bukan pertama kalinya sungai telah berubah warna yang berbeda. Beberapa pemilik usaha di sekitar persimpangan Chevrolet mengatakan bahwa air berwarna mengalir ke sungai kira-kira setiap dua bulan tapi tidak ada yang memperhatikannya.
Itu adalah jumlah dan kecerahan cairan merah yang menarik perhatian banyak orang lewat dan juga para warga yang melewati jembatan yang berbeda di dalam kota. Menteri Lingkungan Nazem Khoury mengatakan bahwa sumber air itu mungkin dari wilayah Hazmieh atau Baabda.
“Saya menyerukan kepada kotamadya Hazmieh dan Baabda untuk bekerja sama dengan cepat untuk menemukan sumber dari polusi dan jenisnya itu,” kata Khoury dalam sebuah pernyataan.
Sungai di Beirut Libanon yang tiba-tiba berwarna merah darah dan sumbernya masih tak diketahui (pict:dailystar.com)
Sebelumnya pada hari itu, Khoury mengirimkan tim lingkungan ke daerah itu untuk memeriksa air. Tim yang dipimpin oleh pejabat kementerian Bassam Sabbagh, mengambil sampel air untuk menentukan komposisi dan apakah terdapat polutan berbahaya.
Sampel akan diperiksa, karena laboratorium negara sudah ditutup pada saat sampel itu diambil. “Sampel yang kami ambil akan diperiksa besok (Kamis) pagi … dan kami akan tahu apakah itu darah dicampur dengan air atau beberapa jenis zat warna yang dicampur di dalamnya, “kata Sabbagh.
Kejadian serupa pernah terjadi di Cina, yaitu sungai Jian pada Desember 2011 lalu, setelah pabrik membuang pewarna merah ke sungai, yang terletak di provinsi Cina utara Henan.
Beberapa kota menggunakan pewarna non-toksik untuk mewarnai sungai pada acara-acara khusus. Di Chicago, sungai diberikan pewarna hijau setiap tahun dalam perayaan Hari St Patrick.
Menurut Sabbagh, hasil tes akan membantu menentukan apakah ada substansi yang merupakan polutan kimia atau darah dari rumah pemotongan di dekatnya.
“Pertama kami pikir itu darah, tetapi tampaknya seperti jenis pewarna yang dibuang oleh pabrik,” kata Sabbagh, yang juga mengatakan bahwa tes untuk menentukan jenis kimia akan diambil hasilnya dalam seminggu.
Sabbagh mengatakan kotamadya dan departemen lain harus membantu Kementerian Lingkungan Hidup dalam penyelidikan. “Kita perlu bantuan dari pejabat lokal untuk memiliki gagasan yang jelas dari jaringan limbah di kawasan itu,” katanya.
Menurut Sabbagh, yang memimpin kementerian Polusi Lingkungan dan  Pengendalian, peta dari jaringan limbah akan membantu pejabat menemukan sumber air berwarna merah itu.
“Setelah menemukan sumber, itu akan menjadi hitungan jam untuk sampai ke pabrik dan daerah dimana air berwarna itu berasal,” kata Sabbagh menambahkan bahwa tindakan cepat akan diambil terhadap mereka yang bertanggung jawab untuk itu.
(pict:dailystar.com)
Saad Elias, penasihat menteri lingkungan, tidak menutup kemungkinan bahwa rumah jagal mungkin berada di balik warna merah.
“Setelah melalui beberapa fase menyembelih di rumah pemotongan hewan, mereka menyimpan sejumlah besar bagian darah dan hewan dalam wadah dan mereka mungkin telah membuangnya ke dalam kanal pembuangan kotoran, “kata Elias.
“Kementerian pasti akan menyelidiki hal ini karena peran kami adalah untuk mencegah polusi,” tambahnya.
Sementara itu, pejabat lokal di daerah ini menyatakan bahwa sebuah pabrik cat bisa bertanggung jawab atas insiden tersebut. “Ada beberapa pabrik cat di Hadath,” kata seorang pejabat dari kota Shiyah.
Sebagaian peneliti mencoba menentukan sumber dan sifat substansi di sungai, jaksa Beirut menugaskan Pasukan Keamanan Internal untuk memulai penyelidikan atas masalah tersebut.
Menteri lingkungan diberitahu pada Kamis bahwa hasil tes di tingkat pusat Hadath laboratorium telah keluar dan negatif untuk jejak darah.
Karena keterbatasan teknis di laboratorium Hadath, sampel telah dikirim ke laboratorium American University di Beirut (AUB) di mana tes bisa memakan waktu hingga seminggu, akan membantu menentukan apakah sumber dari warna merah adalah industri atau organik.
Namun para ahli dan pejabat keamanan masih mencoba untuk mengidentifikasi sumber yang tepat dan sifat dari zat yang mengubah sungai Beirut menjadi berwarna merah darah, meskipun penyelidikan awal menunjukkan pewarna menjadi pelakunya.
Sementara kontaminasi berlangsung lebih dari dari 24 jam, pemerintah dan pejabat setempat tidak dapat menemukan sumbernya, meninggalkan substansi merah untuk bercampur dengan air sungai dan kemudian mengalir ke Laut Mediterania.
(pict:dailystar.com)
Menurut sumber keamanan, penyelidikan atas insiden ini akan menantang dan akan sulit untuk menemukan sumber yang tepat dari dumping tersebut. “Pewarna merah itu mungkin dibuang oleh pabrik yang memproduksi kulit,” kata sumber itu kepada The Daily Star.
Setelah bagian dari proyek pembangunan kota, Sungai Beirut telah semakin menjadi rute kosong untuk limbah pembuangan setelah bertahun-tahun diabaikan oleh para pejabat.
Selama musim panas, orang dapat melihat air hanya beberapa inci, penuh dengan limbah. Tapi ketika musim hujan tiba setiap tahun, beberapa pabrik mengambil keuntungan dari air mengalir untuk membuang limbah industri tahunan mereka, kata seorang pejabat dari American University di Departemen Kesehatan Lingkungan Beirut.
“Industri menunggu musim dingin untuk melepaskan residu industri mereka ke laut Mediterania hingga aktifitas mereka berjalan terus tanpa diketahui ,” kata Mey Jurdi, profesor dan ketua di Departemen Kesehatan Lingkungan AUB itu.
Jurdi berpendapat bahwa berdasarkan kepadatan cairan yang terlihat di sungai, jelas bahwa limbah tersebut tidak menjalani pengobatan untuk menetralisir apapun. “Kontaminasi ini mungkin menjadi tinggi dan itu bisa memiliki konsekuensi bencana bagi lingkungan sekitarnya,” kata Jurdi.
Dia mengatakan bahwa setiap industri harus memiliki pengobatan penetralisir produk limbah sebelum membuangnya. Meskipun Jaksa Beirut menugaskan Pasukan Keamanan Internal untuk melakukan investigasi atas insiden yang berlangsung awal pekan itu, upaya pemerintah untuk mencari biang polusi mungkin telah terlalu lama.
Namun sampai saat ini misteri dari mana atau siapa yang membuat air berwarna merah di sungai Beirut tersebut, masih belum dapat diketahui.(dailystar/icc.wp.com)

The Sims 3 - New Real House