24 Juli 2012

Ini Dia Rahasia Menyeramkan Lubang Hitam

Lubang HitamLubang hitam memiliki ukuran yang sangat luar biasa besarnya saja miliaran kali besar matahari semua benda yang berada di dekatnya maka akan di sedot kedalam lubang hitam kini besarnya semangkin menghawatirkan sudah banyak benda yang di hisapnya sehinga ukuranya semangkin tamabah besar.
Para peneliti dari University of Leicester di Inggris dan Monash University di Australia mengungkapakan hasil temuanya lubang hitam bisa tumbuh sangat besar dalam waktu sangat cepat.
Lubang hitam tumbuh dengan menghisap gas yang membentuk sebuah disk di sekitar lubang dan spiral dalam dan baiasanya lubang hitam tidak bisa dengan cepat tumbuh kini dengan adanya tabrakan antara benda lubang hitam kini tumbuh dengan cepat dan bisa saja sebsar alam semsta dan menyedot apa aja.
“Lubang hitam tumbuh sangat cepat setelah peristiwa Big Bang,” katanya. Lubang hitam tumbuh dengan menyedot gas yang ada di semesta.
“Perhitungan kami menunjukkan, lubang hitam bisa tumbuh seribu kali lebih cepat ketika menghisap gas,” kata Chris Nixon dari Leicester.
Setiap galaksi memiliki lubang hitam seperti Galaksi Bima Sakti yang memiliki lubang hitam dengan berat miliaran kali berat dari matahari
“Hampir tiap galaksi memiliki lubang hitam di pusatnya,” kata peneliti Leicester, Andrew King seperti dikutip UPI.
Yang menjadi ketakutan saat ini adalah dengan pertumbuhan besar lubang hitam yang sangat cepat maka lubang hitam ini bisa saja menghisap semua yang ada di galaksi bima sakti salah satunya bumi bisa saja terisap di dalamnya.

Lubang Hitam Pemakan Asteroid Mengancam Bumi


Apa jadinya kalau Bumi pelanet tempat kita tingal sampai di makan oleh sebuah lubang hitam raksasa pastinya inilah akhir dari kehidupan manusia di bumi.
Para ilmuan NASA mendeteksi sebuah cahaya terang yang berada di sebuah lubang hitam yang bernama   Sagitarius A. energi yang keluar dari lubang hitam ini mencapai 100 kali lebih terang dibanding lubang hitam biasa.
Paarahnya lagi letak luabang hitam ini berada  tepat di pusat Bima Sakti. Lubang hitam ini diduga melahap asteroid dan menciptakan api yang bahkan bisa tampak dari Bumi. Lubang hitam ini juga di kelielingai banyak Asteroid dan komet yang jumlahnya mencapai triliunan.
“Orang ragu apakah asteroid ini dapat terbentuk di lingkungan keras dekat lubang hitam raksasa yang Asteroid ini digunakan lubang hitam sebagai bahan bakar membuat api,” kata kastytis Zubovas dari University of Leicester di Inggris.
Jika bumi kita ini berada dekat dengan lubang hitam ini sama saja akhir dari kehidupan di bumi karena banyaknya astroid yang berada di dekat bumi akan terhisap kedalam lubang hitam ini.
“Jika Bumi berada terlalu dekat Sagitarius A, ini bisa menjadi akhir kehidupan di planet ini,” tutupnya seperti dikutip dari Daily Mail.
Harapan kita dan banyak orang lainya jangan sampai Bumi kita tercinta ini sampai di lahap lubang hitam raksasa yang sunguh menakutkan.

12 Juni 2012

Tumbuhan Dari Zaman Es Ditemukan di Goa dan Masih Bertahan Hidup

Tumbuhan Dari Zaman Es Ditemukan di Goa dan Masih Bertahan Hidup


Zaman es sudah berlalu puluhan ribu tahun yang lalu. Saat itu permukaan Bumi masih dalam keadaan gelap. Penyebab terjadinya zaman es salah satunya adalah akibat terjadinya proses pendinginan aerosol yang sering menimpa planet bumi.
Zaman es terakhir dimulai sekitar 20.000 tahun yang lalu dan berakhir kira-kira 10.000 tahun lalu atau pada awal kala Holocene (akhir Pleistocene). Proses pelelehan es di zaman ini berlangsung relatif lama dan beberapa ahli membuktikan proses ini berakhir sekitar 6.000 tahun yang lalu.
Tapi tumbuhan sudah ada dizaman itu dan kii sudah punah. Kepunahan terjadi akibat panasnya cahaya matahari. Hanya sedikit tumbuhan yang bisa selamat dalam kondisi dingin ke panas dan berusia puluhan ribu tahun zaman kini.
Namun ternyata tidak!
Zaman es diperkirakan masih terjadi di goa-goa terdalam di “Negari Tirai Bambu” China. Tersembunyi di dalam goa, fragmen dari zaman es Bumi masih selamat. Walaupun tidak ada mammoth yang masih selamat, tetapi sebuah tumbuhan kecil yang merepresentasikan 30.000 tahun lalu diperkirakan masih ada.
Di dalam goa inilah terdapat tumbuh-tumbuhan spesial karena dapat melakukan fotositesis nyaris di kondisi tanpa cahaya seperti tumbuh-tumbuhan pada zaman es yang mana spesies lainnya hilang tak berbekas.
Peneliti dari Chinese Academy of Science dan Natural History Museum Inggris menyatakan telah mengidentifikasi tujuh spesies jelatang dari Provinsi Guaxi dan Yunnan.
Para peneliti masih belum mau mempublikasikan foto spesies tersebut. Namun kira-kira mirip seperti pohon Jelatang (Poison Ivy) pada gambar ini.
Jelatang atau dalam bahasa Inggris disebut poison ivy adalah jenis tumbuhan berbulu halus yang bisa menyebabkan gatal di kulit.
Seharusnya di kedua provinsi tersebut terdapat tumbuhan tropis.
Namun, tujuh spesies yang ditemukan tidak mirip dengan tumbuhan tropis.
Jelatang tersebut ditemukan di tempat-tempat gelap, di mana jarang ada sinar matahari.
Fakta yang ada, kemungkinan jelatang untuk bisa hidup di kegelapan hanya 0,02 persen.
Jelatang (Poison Ivy) ini termasuk tumbuhan yang berbahaya. Jika terkena bulu-bulunya maka akan terjadi iritasi kulit yang sangat parah. Mungkin karena pertahanan seperti inilah spesies ini dapat bertahan.
Hal ini sangat tidak mungkin terjadi di zaman sekarang ini sehingga kemungkinan zaman es masih berlangsung di goa tersebut.
Lingkungan yang memungkinkan jelatang macam ini bisa hidup adalah pada zaman es.
Goa dan jelatang ini merupakan sisa-sisa dari kehidupan zaman es yang masih ada di planet ini.
Selain itu, ada kemungkinan lainnya yang memungkinkan hal ini terjadi, yaitu evolusi pada jelatang.
Akan tetapi, umur dari goa tersebut hanya satu juta tahun yang berarti bahwa evolusi pada jelatang terjadi sangatlah cepat.
Pada masa kini, Jelatang atau Poison Ivy ialah tumbuhan yang berbahaya karena memiliki racun.

Jika terkena bulu-bulunya maka akan terjadi iritasi kulit yang sangat parah. Mungkin karena pertahanan hidup seperti inilah spesies ini dapat bertahan.
Peneliti mengatakan bahwa ini adalah contoh evolusi yang sangat cepat, mereka akan meneliti hal ini secepatnya. (Natgeo)

*****

Gletser Mencair 100 Kali Lebih Cepat, Umat Manusia Dalam Bahaya!

Vienna, Swiss – Ilmuwan mengklaim gletser seluruh dunia telah mencair 100 kali lebih cepat dalam kurun 350 tahun. Bahayanya, ini berdampak pada jutaan manusia yang bergantung pada air tawar.
Klaim itu berdasarkan studi di Patagonia, Amerika Selatan dengan 270 gletser Patagonia setara dengan 1.700 kali kuantitas air di danau Windermere. Studi yang dilakukan Profesor Neil Glasser dari Aberystwyth University menganalisis jumlah batuan yang ditinggalkan oleh gletser yang sudah lenyap.
Gletser atau glasier atau glesyer adalah sebuah bongkahan es besar dan terbentuk di atas permukaan tanah yang berjalan sangat lambet, kadang berupa sungai es dan merupakan akumulasi dari endapan salju yang membatu selama kurun waktu yang lama.
Sejak Zaman Es berakhir di Patagonia pada pertengahan abad 17, kawasan itu sudah kehilangan 145 kubik es. Ini disebabkan peningkatan suhu yang mencapai 1,4 derajat Celcius di kawasan itu. Demikian laporan di jurnal Nature Geoscience.
“Gletser sudah sangat berkurang dalam kurun 30 tahun terakhir. Ini melebihi perkiraan kami,” ujar Profesor Glasser. “Dan ini sangat menakutkan,” katanya lagi.
Ia yang melakukan penelitian bersama dengan ilmuwan dari University of Exeter dan Stockholm University mengatakan kawasan gletser Amerika Selatan, sama seperti gletser di Pegunungan Alpen ataupun kawasan Bumi utara, mengalami pengurangan gletser drastis.
“Ini pembunuhan bagi masyarakat Himalaya. Dalam jangka pendek memang menguntungkan karena mereka mendapatkan air tawar lebih banyak saat musim kemarau. Tapi, dalam jangka panjang, ini masalah besar,” kata Profesor Glasser lagi.
Tak hanya berhenti sampai di situ, dilaporkan lapisan ozon di Kutub Utara juga makin parah pada musim dingin ini, dikarenakan cuaca dingin di bagian atas atmosfir.
Pada akhir bulan Maret, 40 persen lapisan ozon di stratosfir telah rusak, naik dari sebelumnya yang kerusakannya masih berkisar 30 persen. Demikian seperti yang diberitakan BBC News.
Lapisan ozon di kutub utara
Lapisan ozon melindungi manusia dari kanker kulit, tapi lapisan gas tersebut rusak karena polusi industri kimia. Kerusakannya adalah reaksi dari kondisi dingin di stratosfir akibat polusi industri kimia.
Beberapa zat kimia sudah dilarang penggunaannya melalui perjanjian Montreal Protocol dari PBB, namun keberadaan zat-zat tersebut bakal bertahan lama di atmosfir hingga berpuluh-puluh tahun.
Meski mendinginnya suhu stratosfir merupakan peristiwa tahunan di wilayah kutub selatan, akan tetapi gambaran mengenai kutub utara masih belum bisa diprediksi.
Pada musim dingin, ketika wilayah kutub utara biasanya hangat di daratnya, suhu 15-20 km di atas permukaan Bumi malah berbanding terbalik.
“Tingkat kerusakan lapisan ozon pada musim dingin tergantung pada kondisi meteorologi,” ujar Michel Jarraud, Sekjen dari World Meteorogical Organization (WMO).
“Kerusakan lapisan ozon pada tahun 2011 menunjukkan bahwa kita harus waspada dan membuka mata pada situasi di kutub utara dalam beberapa waktu ke depan,” tambah Jarraud.
Rusaknya lapisan ozon membuat sinar ultraviolet-B yang berbahaya dari matahari bisa masuk ke atmosfir. Hal ini bisa menyebabkan kanker kulit, katarak, kerusakan sistem kekebalan tubuh. WMO telah memperingatkan warga dunia untuk mewaspadai hal ini.
Perjanjian Montreal Protocol yang telah disepakati pada tahun 1987, telah melarang penggunaaan zat Chlorofluorocarbon (CFC) yang dulu banyak digunakan untuk lemari es.
WMO menguak data ini pada acara pertemuan tahunan European Geosciences Union (EGU) di Vienna, Austria.

Fenomena Lubang Menganga “Sinkhole” Tanah Amblas ke Dalam Bumi

Pernahkah Anda melihat lubang besar menganga dari permukaan Bumi? Lubang semacam ini lebih terkenal dengan sebutan Sinkhole. Bagaimana bisa muncul?
Sinkhole muncul ketika sepetak tanah runtuh dan meninggalkan jejak seperti kawah di permukaan Bumi. Menurut US Geological Survey (USGS), fenomena ini umum terjadi di Florida, Texas, Alabama, Missouri, Kentucky, Tennessee dan Pennsylvania.
Tanah di bawah negara-negara ini kaya akan batuan yang mudah larut seperti kapur, karbonat dan garam. Ketika air tanah mengalir melalui batuan ini, air menggerogoti batuan ini dan menyisakan lubang di bawah tanah dan gua.
Sinkhole, ditengah pemukiman di Guatemala
Ketika atap dari salah satu gua runtuh, tanah di atasnya akan runtuh juga. Beberapa sinkholes secara bertahap akan diisi dengan debu atau pasir di atasnya. Namun, ada juga yang mengikis permukaan ketika batuan mudah larut terkena hujan dan angin.
Sinkhole paling berbahaya adalah ketika mereka runtuh tiba-tiba. Di beberapa kasus, air tanah mengisi saluran gua-gua bawah tanah karena kekeringan atau karena manusia mengalihkan aliran air tanah untuk pertambangan, air minum atau irigasi.
Tanpa adanya dukungan air dari bawah, tanah di atas akan runtuh. Dalam kasus lain, atap gua menjadi terlalu lemah untuk menyangga berat tanah di atasnya. Sinkhole bisa menelan mobil, rumah dan bahkan menguras seluruh danau tanpa peringatan secara tiba-tiba.
Sinkhole fenomena
Pada September 1999, Lake Jackson dekat Tallahassee, Florida, yang awalnya diukur lebih dari 16 kilometer persegi, hampir hilang sama sekali. Seperti dikutip sciencedaily, air di danau itu hilang dan sedalam 15 meter.
Sinkhole di Sichuan Yinbin, China.
Sebelumnya, sebuah lubang raksasa atau yang dikenal dengan fenomena sinkhole terjadi di Sichuan, Cina.
Lubang dengan lebar lebih dari 21 meter ini terjadi tiba-tiba dan belum diketahui sebabnya. Lubang yang mirip kawah ini ada di halaman belakang rumah Zhang Fengrong, 58 tahun.
Ini bukan kejadian yang pertama kali di Cina. Tahun lalu, di sebuah jalan tol di Zhejiang, juga muncul lubang raksasa selebar 8 meter.
Menurut Fengrong, dia mendengar suara bergemuruh sekitar pukul 2 dinihari. Fengrong yang sedang terlelap langsung bangun. Dia bergerak ke arah suara hebat itu berasal, setelah meliat, dia kaget luar biasa. Ada sebuah lubang menganga lebar yang terus membesar mendekati bangunan rumahnya.
Fenomena Sinkhole sebelum amblas, pas berada di bawah sebuah rumah
Awalnya, kata Fengrong, hanya sekitar tiga meter tapi lama kelamaan terus membesar. Dalam 24 jam, lubang itu menjadi selebar lebih dari 21 meter. Adapun kedalamannya belum ketahuan.
“Saya mencoba melempar tali sepanjang 40 meter, tapi belum sampai dasar, terus melempar tali dengan panjang 60 meter, masih belum sampai juga,” kata Fengrong seperti diberitakan dari laman Orange.
Bila berdiri di tepi lubang, menurut Ferong, seperti ada suara air di dasar lubang. Tapi ketika dilempar batu, sama sekali tak ada suara air.
Sinkhole ditengah jalan raya
Fengrong dan keluarganya sekarang mengungsi ke sebuah rumah yang disediakan pemerintah setempat. Para tetangganya juga sibuk membantu mereka mengangkut barang-barang. “Kami takut lubangnya terus membesar dan rumah kami jadi korban,” katanya.
Sebelumnya, fenomena sinkhole atau lubang raksasa yang terjadi tanpa sebab terjadi di Schamalkalden, Jerman. Lubang ini muncul tiba-tiba dan tidak diketahui sebabnya. Selain di Jerman, di Guatemala juga pernah ada kejadian serupa.
Sinkhole dijalanan tengah kota
Pada tahun 1981 silam, sebuah sinkhole sedalam 100 kaki (30,5 meter) muncul di Winter Park dekat Orlando, Florida.
Lubang menganga tersebut menelan sebuah rumah dan sebagian gedung dealer mobil. Helikopter besar dikerahkan untuk mencoba mengangkat beberapa mobil mahal keluar dari sinkhole tersebut, namun kendaraan-kendaraan itu terus terperosok lebih dalam dan tak pernah terlihat lagi.
Badan Survei Geologi AS menyatakan, peristiwa terbentuknya sinkhole umumnya terjadi di daerah-daerah di mana batuan dasar adalah batu-batu gamping, atau bebatuan lain yang bisa dilarutkan dengan air tanah. (sm/fn/inl/tm/icc.wp.com)

Misteri Pulau Paskah: Banyak Patung Raksasa “Moai”, Tapi Kemana Suku Tersebut Pergi?


Pulau Paskah (Easter Island, Rapa Nui, Isla de Pascua) adalah sebuah pulau milik Chili yang terletak di selatan Samudra Pasifik. Walaupun jaraknya 3.515 km sebelah barat Chili Daratan, secara administratif ia termasuk dalam Provinsi Valparaiso.
Pulau Paskah berbentuk seperti segitiga. Daratan terdekat yang berpenghuni ialah Pulau Pitcairn yang jaraknya 2.075 km sebelah barat. Luas Pulau Paskah sebesar 163,6 km².
Menurut sensus 2002, populasinya berjumlah 3.791 jiwa yang mayoritasnya menetap di ibukota Hanga Roa.
Pulau ini terkenal dengan banyaknya patung-patung (moai), patung berusia 400 tahun yang dipahat dari batu yang kini terletak di sepanjang garis pantai.
Sejarah
Orang yang pertama kali menempati Pulau Paskah adalah keturunan imigran dari Polinesia yang kemungkinan berasal dari Pulau Mangareva atau Pitcairn di sebelah barat. Sejarah pulau ini dapat dihubungkan berkat daftar raja Pulau Paskah yang telah direkonstruksi, lengkap dengan rangkaian peristiwa dan tanggal perkiraan sejak tahun 400.
Penghuni asal Polinesia tersebut membawa sejumlah pisang, talas, ubi manis, tebu, bebesaran kertas (paper mulberry) dan ayam. Pada suatu masa, pulau ini menopang peradaban yang relatif maju dan kompleks. Ahli navigasi asal Belanda Jakob Roggeveen menemukan Pulau Paskah pada Hari Paskah tahun 1722.
Easter Island (Pulau Paskah) dari udara. Pada masa kini kembali sudah mulai ada penduduknya.
Roggeveen memperkirakan sekitar 2.000-3.000 orang menghuni pulau ini, tetapi ternyata jumlah penduduk mencapai 10.000-15.000 jiwa pada abad ke-16 dan 17.
Peradaban Pulau Paskah telah merosot secara drastis semenjak 100 tahun sebelum kedatangan Belanda, terutama akibat terlalu padatnya jumlah penduduk, penebangan hutan dan eksploitasi sumber daya alam yang terbatas di pulau yang amat terisolasi ini. Namun, hingga pertengahan abad ke-19, populasi telah bertambah hingga mencapai 4.000 jiwa.
Hanya berselang waktu 20 tahun kemudian, deportasi ke Peru dan Chili serta berbagai penyakit yang dibawa oleh orang Barat hampir memusnahkan seluruh populasi, dengan hanya 111 penduduk di pulau ini pada 1877.
Pulau ini dianeksasi oleh Chili pada 1888 oleh Policarpo Toro. Jumlah penduduk asli suku Rapanui perlahan-lahan telah bertambah dari rekor terendah berjumlah 111 jiwa.
Perlu diketahui bahwa nama “Rapa Nui” bukan nama asli Pulau Paskah yang diberikan oleh suku Rapanui. Nama itu diciptakan oleh para imigran pekerja dari suku asli Rapa di Kepulauan Bass yang menyamakannya dengan kampung halamannya.
Nama yang diberikan suku Rapanui bagi pulau ini adalah Te pito o te henua (“Puser Dunia”) karena keterpencilannya, namun sebutan ini juga diambil dari lokasi lain, mungkin dari sebuah bangunan di Marquesas.
Peristiwa-peristiwa baru-baru ini telah menunjukkan peningkatan yang signifikan pada sektor pariwisata, ditambah dengan besarnya jumlah orang yang datang dari daratan Chili sehingga mengancam keidentikan Polinesia di Pulau Paskah.
Masalah kepemilikan tanah telah menciptakan ketegangan politik pada 20 tahun terakhir, dengan beberapa suku asli Rapanui menentang properti pribadi melainkan setuju dengan tanah tradisional milik bersama.
Lingkungan Hidup
Pulau Paskah yang modern memiliki sedikit pepohonan. Pulau ini dulunya pernah mempunyai hutan pohon palem. Menurut pemikiran populer yang berkembang, para penghuni pertama pulau ini telah mengeksploitasi pepohonan di seluruh pulau untuk membuat tempat moai serta membangun perahu nelayan dan bangunan.
Patung Moai
bukti yang menunjukkan gundulnya pulau ini bertepatan dengan runtuhnya peradaban Pulau Paskah.
Konteks Midden pada waktu itu menunjukkan penurunan yang mendadak pada jumlah tulang ikan dan burung ketika para penduduk kehilangan akal untuk membangun kapal nelayan dan burung-burung kehilangan tempat sarang.
Ayam dan tikus menjadi sarapan utama para manusia. Berdasarkan sisa-sisa manusia, ada bukti bahwa kanibalisme berlangsung.
Populasi kecil yang masih hidup berhasil mengembangkan tradisi baru untuk membagi-bagikan sumber yang tersisa sedikit. Pada grup pemuja manusia burung (manutara), sebuah pertandingan dibentuk manakala setiap tahunnya sebuah wakil dari setiap suku, yang dipilih oleh pemimpin masing-masing, menyelam ke laut dan berenang menuju Motu Nui, sebuah pulau kecil tetangga, untuk mencari telur pertama yang ditetaskan oleh seekor Sooty Tern pada musim menelur.
Perenang pertama yang kembali dengan telur itu dapat mengontrol sumber pulau untuk sukunya selama tahun itu. Tradisi ini masih diterapkan pada saat bangsa Eropa mendarat di pulau ini.
Namun, penelitian baru memunculkan dugaan bahwa keadaan yang sesungguhnya justru lebih kompleks. Luasnya pulau yang dibersihkan dari pepohonan hanyalah salah satu ujung akhir dalam sebuah seri ketidakberuntungan yang dialami Pulau Paskah.
Deretan patung Moai
Sebuah studi mengenai faktor-faktor lingkungan di 69 pulau-pulau di Pasifik mengatakan bahwa meskipun dipenuhi batu-batu pemujaan, para dewa ternyata marah terhadap pulau ini.
Pulau Paskah adalah daratan luas yang tidak subur dan kering. Tanahnya terlalu tandus untuk ditanami pohon-pohon kembali setelah tanaman asli dipanen.
Pulau ini tidak mendapat keuntungan dari debu vulkanik yang subur seperti pulau-pulau lain. Jadi, sekali pulau itu dibersihkan, tidak ada harapan untuk pemulihan.
Ekologi
Pulau Paskah, bersama dengan Sala-y-Gomez, sebuah pulau kecil tetangga yang tidak dihuni, dikenal oleh para ekologis sebagai kawasan ekologi yang disebut hutan berdaun lebar subtropis Rapa Nui.
Hutan basah berdaun lebar subtropis yang asli kini telah lenyap, tetapi studi paleobotanis mengenai fosil tepung sari dan jamur pohon yang merupakan peninggalan aliran lava mengindikasikan bahwa pulau ini tadinya berupa hutan lebat, dengan berbagai jenis pohon, belukar, pakis dan rumput.
Sebuah pohon palem besar, yang berhubungan dengan pohon palem anggur Chili (Jubaea chilensis) merupakan jenis mayoritas pepohonan, begitu juga dengan pohon toromiro (Sophora toromiro).
Pohon palem tersebut kini telah punah, dan toromiro punah di alam liar, sehingga kini pulau ini keseluruhannya hampir dipenuhi oleh padang rumput. Para ilmuwan sedang memperkenalkan kembali toromiro di Pulau Paskah.
Artefak kebudayaan
Moai
Patung-patung besar dari batu, atau moai, yang menjadi simbol Pulau Paskah dipahat pada masa yang lebih dahulu dari yang diperkirakan. Arkeologis kini memperkirakan pemahatan tersebut berlangsung antara 1600 dan 1730, patung yang terakhir dipahat ketika Jakob Roggeveen menemukan pulau ini.
Patung Moai
Terdapat lebih dari 600 patung batu monolitis besar (moai). Walaupun bagian yang sering terlihat hanyalah “kepala”, moai sebenarnya mempunyai batang tubuh yang lengkap; namun banyak moai yang telah tertimbun hingga lehernya. Kebanyakan dipahat dari batu di Rano Raraku.
Tambang di sana sepertinya telah ditinggalkan dengan tiba-tiba, dengan patung-patung setengah jadi yang ditinggalkan di batu.
Teori populer menyatakan bahwa moai tersebut dipahat oleh penduduk Polinesia (Rapanui) pada saat pulau ini kebanyakan berupa pepohonan dan sumber alam masih banyak yang menopang populasi 10.000-15.000 penduduk asli Rapanui.
Mayoritas moai masih berdiri tegak ketika Roggeveen datang pada 1722. Kapten James Cook juga melihat banyak moai yang berdiri ketika dia mendarat di pulau pada 1774. Hingga abad ke-19, seluruh patung telah tumbang akibat peperangan internecine.
Rongo-rongo
Ada berbagai lembaran (tablet) yang ditemukan di pulau yang berisikan tulisan misterius. Tulisan, yang dikenal dengan Rongorongo, belum dapat diuraikan walaupun berbagai generasi ahli bahasa telah berusaha.
Tulisan Rongorongo
Seorang sarjana Hongaria, Wilhelm atau Guillaume de Hevesy, pada 1932 menarik perhatian tentang kesamaan antara beberapa karakter rongorongo Pulau Paskah dan tulisan pra-sejarah Lembah Indus di India, yang menghubungkan lusinan (sedkitnya 40) rongorongo dengan tanda cap dari Mohenjo-daro. Hubungan ini telah diterbitkan kembali di berbagai buku.
Arti rongorongo kemungkinan ialah damai-damai, dan tulisannya mungkin mencatat dokumen perjanjian damai, misalnya antara yang bertelinga panjang dan penguasa bertelinga pendek. Namun, penjelasan tersebut masih dalam perdebatan.
Demografi
Menurut sensus 2002, populasinya berjumlah 3.791 jiwa. Angka ini naik dari 1.936 jiwa pada 1982. Kenaikan populasi yang besar ini terutama disebabkan oleh kedatangan orang-orang keturunan Eropa dari daratan Chili. Akibatnya, pulau ini terancam kehilangan identitas asli Polinesia. Pada 1982, sekitar 70% populasi berupa suku Rapanui (penduduk asli Polinesia).

Suku Rapanui
Namun pada sensus 2002, Rapanui hanya mencakup 60% dari populasi Pulau Paskah.
Bangsa Chili keturunan Eropa mencakup 39% populasi, dan sisanya 1% adalah etnis Amerika Asli dari daratan Chili. Hampir seluruh populasi tinggal di kota Hanga Roa.
Suku Rapanui telah bermigrasi dari pulau ini. Pada sensus 2002, ada 2.269 Rapanui yang tinggal di pulau ini, sedangkan 2.378 lainnya tinggal di daratan Chili (setengahnya tinggal di daerah metropolitan Santiago).
Kepadatan penduduk Pulau Paskah hanya 23 penduduk per km²; jumlah itu lebih kecil dari masa gemilang pemahatan patung (abad ke-17) ketika antara 10.000 dan 15.000 penduduk asli Rapanui tinggal di pulau. Populasi telah menurun hingga 2.000-3.000 penduduk sebelum kedatangan bangsa Eropa.
Pada abad ke-19, penyakit yang timbul akibat kontak dengan kaum Eropa, serta deportasi 2.000 Rapanui ke Peru sebagai budak, dan keberangkatan paksa sisa suku Rapanui ke Chili menyebabkan kemerosotan populasi Pulau Paskah hingga mencapai rekor terendah 111 penduduk pada 1877. Dari 111 Rapanui, hanya 36 yang mempunyai keturunan, dan mereka adalah nenek moyang seluruh 2.269 penduduk Rapanui sekarang.

Tsunami Dahsyat Ungkap Lokasi Kota Legendaris Atlantis?


Cadiz, Spanyol
London, U.K. – Jepang baru saja tertimpa musibah karena diguncang gempa 9 SR dan disusul tsunami dahsyat yang menyapu sejumlah wilayah di Negeri Sakura itu.
Namun, tsunami tidak selamanya dikaitkan dengan bencana, setidaknya untuk tim peneliti dan pencari lokasi kota legendaris, Atlantis.
Setelah menjadi misteri selama ribuan tahun, Sebuah tim asal Amerika Serikat mengaku menemukan titik kordinat yang tepat di mana kota hilang ini berada.
Kota metropolis legendaris ini diduga tenggelam oleh kekuatan tsunami ratusan tahun lalu di Spanyol Selatan.
Tim peneliti yang terdiri dari ahli arkeologi dan geologi yakin, Atlantis yang hilang akibat tsunami kembali muncul di sebelah utara kota Cadiz.
The Atlantis (ilustrasi)
“Ini adalah kekuatan tsunami,” kata kepala tim peneliti Richard Freund seperti diberitakan huffingtonpost.com.
“Sangat sulit dimengerti bahwa tsunami bisa menyapu 60 mil daratan,” kata Freund yang berasal dari University of Hartford, Connecticut.
Dia adalah profesor yang memimpin tim internasional untuk mencari lokasi tepat kota Atlantis.
Untuk memecahkan misteri ratusan tahun ini, tim menggunakan foto satelit dari kota tenggelam dan menduga lokasinya di Cadiz, Spanyol. Di rawa luas bernama Dona Ana Park, tim percaya mereka menemukan wilayah kuno Atlantis.
Atlantis from Satellite (pic: bbc.co.uk)
Sebuah tim yang terdiri dari arkeolog dan ahli geologi pada 2009 dan 2010 menggunakan sejumlah piranti, mulai dari radar bawah tanah, peta digital, dan teknologi bawah tanah untuk menyurvei situs tersebut.
Penemuan Freund ini memperkuat dugaan gambar yang dibuat para pengungsi kota tersebut setelah tsunami menghantam. Warga Atlantis yang berhasil selamat diduga masuk ke pedalaman dan membangun kota baru. Temuan tim ini akan dikupas dalam edisi khusus National Geographic terbaru, ”Finding Atlantis.”
Meskipun sulit memastikan Spanyol sebagai tempat ‘kuburan’ kota Atlantis, namun Freud yakin simpul pencarian kota-kota peringatan membuat dia yakin bahwa rawa lumpur di pantai selatan Spanyol itu lah tempat situs kota hilang.
“Kami menemukan sesuatu yang belum pernah dilihat sebelumnya,” kata dia. Menurut Freud
“Sesuatu ini lah yang makin menguatkan tingkat kredibilitas, khususnya bagi arkeologi mengenai situs tersebut. Sehingga menjadi lebih masuk akal.”

Keberadaan kota metropolis Atlantis muncul setelah Filsuf Yunani ternama Plato menulis tentang Atlantis sekira 2.600 tahun lalu. Dia mendeskripsikan kota itu sebagai ‘sebuah pulau yang terletak di seberang selat bernama Pillars of Hercules’. Pilar itu belakangan diketahui sebagai Selat Gibraltar Gibraltar yang terkenal di zaman kuno.
Berdasarkan deskripsi Plato, upaya pencarian kota itu hingga kini terpusat di wilayah Mediterania dan benua Atlantik.
Freud menambahkan catatan mengenai tsunami sudah didokumentasikan selama berabad-abad. Salah satu gelombang pasang terbesar menghantam Lisbon pada November 1755.

Terlepas di mana lokasi tepat situs ini, hal paling fundamental -apakah Atlantis itu ada atau tidak- pun masih jadi perdebatan panjang selama ribuan tahun. Dialog Plato dari tahun 360 SM menjadi satu-satunya sumber sejarah soal kota ini. Plato mengatakan pulau ini disebut Atlantis, “Dalam satu hari satu malam, menghilang di kedalaman laut.”
Para ahli mulai merencanakan penggalian di situs yang diduga Atlantis berada, Spanyol untuk mempelajari geologi dan temuan artefak termutakhir.

The Sims 3 - New Real House