- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Vampir Cina dalam bahasa aslinya lebih dikenal sebagai Jiang Shi
atau Chiang-Shih. Pada dasarnya vampir Cina ini lebih dikenal sebagai
zombie yang dikendalikan dengan mantra. Di Korea vampir ini dikenal dengan sebutan Gangshi, sedangkan di Jepang disebut Kyonshi. Menurut legenda, pada siang hari vampir cina (Jiang Shi) terletak dalam peti mati atau bersembunyi di tempat
gelap seperti gua. Pada malam hari mereka bergerak di sekitar dengan
melompat dan tangan terentang. Membunuh mahkluk hidup untuk menyerap Qi
(esensi kehidupan) mereka.
Bagaimana Vampir Cina diciptakan
Xiaolan, seorang sarjana pada Dinasti Qing menyebutkan dalam
bukunya bahwa penyebab dari mayat yang menjadi vampir/zombie dapat
diklasifikasikan menjadi dua kelompok: 1) Orang yang baru saja mati
kembali ke kehidupan, 2) Mayat yang lama terkubur namun tidak membusuk.
Beberapa
penyebab dijelaskan di bawah ini:
Komposisi kimia tanah pemakaman tidak cocok untuk organisme hidup sehingga bakteri tidak hadir untuk membantu proses
pembusukan. Rambut dan kuku mayat tampak tumbuh dan tidak ada tanda
dari dekomposisi. Jika tidak ditangani, mayat akhirnya menjadi
Jiangshi/vampir/zombie dari waktu ke waktu. (Sebenarnya, daging mayat
berkontraksi dan menarik, sehingga rambut dan kuku yang awalnya
tersembunyi dibawah daging menjadi terbuka, menciptakan ilusi tumbuhnya
rambut dan kuku)
Penggunaan kekuatan supranatural untuk menghidupkan kembali orang mati.
Roh menempati tubuh orang mati.
Mayat menyerap Yang Qi (energi Yang) cukup banyak sehingga bisa kembali pada kehidupan.
Tubuh sesorang diatur oleh tiga Hun dan tujuh Po. Dalam
sebuah buku cendekiawan Dinasti Cing disebutkan bahwa "seseorang
Hun-nya baik, tapi Po-nya jahat, Hun-nya cerdas tapi Po-nya bodoh" Para
Hun meninggalkan tubuhnya setelah mati setelah mati sedang Po-nya
tetap dan mengambil kendali tubuh sehingga orang tersebut menjadi
vampir/ jiangshi.
Orang mati tidak segera dikuburkan bahkan setelah upacara
pemakaman telah dilaksanakan. Mayat itu datang ke kehidupan setelah
disambar petir, atau ketika kucing hamil (kucing hitam di beberapa
cerita) melompati peti matinya.
Ketika jiwa seseorang gagal
meninggalkan tubuhnya karena kematian yang tidak benar, bunuh diri,
dibunuh, atau hanya ingin menimbulkan masalah.
Seseorang yang
terluka (digigit) oleh Jiangshi akan terinfeksi dengan "virus
jiangshi" dan secara bertahap berubah menjadi Jiangshi, seperti yang
sering kita lihat dalam film vampir cina.
Penampakan Vampir Cina
Umumnya
penampilan jiangshi berkisar dari biasa-biasa saja (seperti dalam
orang yang baru saja mati) hingga mengerikan (seperti mayat yang telah
membusuk selama beberapa lama). Penampilan Jiangshi dengan kulit
hijau-keputihan memang nampak aneh, diduga hal itu berasal dari jamur
yang tumbuh di mayat. Dikatakan pula Jiangshi memiliki rambut putih
panjang diseluruh kepala dan mungkin berperilaku seperti hewan. Pengaruh
cerita vampir barat membawa aspek menghisap darah dan dikombinasikan
dengan konsep hantu yang lapar pada cerita vampir cina modern, meskipun
sebenarnya Jiangshi lebih menyerupai zombie ketimbang vampir.
Sejarah mengapa Vampir Cina/ Jiangshi diciptakan
Sebuah
sumber menyebutkan Jiangshi berasal dari praktek kaum "mengangkut mayat
lebih dari seribu li", dimana anggota keluarga tidak mampu membayar
orang untuk mengangkat mayat-mayat yang meninggal jauh dari rumah,
kemudian meminta Imam Tao untuk mengajarkan mayat-mayat naik kaki mereka
sendiri ke kampung halaman demi penguburan yang layak. Para Imam akan
membawa Jiangshi tadi hanya pada malam hari dan membunyikan lonceng
sebagai peringatan bagi pejalan karena dianggap sial bagi orang hidup
untuk melihat Jiangshi.
Namun beberapa pihak berspekulasi bahwa cerita tentang Jiangshi awalnya dibuat oleh penyelundup yang menyamarkan kegiatan ilegal mereka sebagai pembawa mayat untuk menakut-nakuti penegak hukum.
Praktek Jiangshi di Indonesa
Di Indonesia sendiri juga ada praktek membuat mayat berjalan sendiri, tepatnya di Toraja. Berikut kutipan informasinya:
Di samping
mayat yang anti busuk, ada pula mayat yang bisa berjalan diatas kedua
kakinya, bagaikan orang hidup yang tidak kurang suatu apa. Kalau mau
dicari juga perbedaannya, ada, tapi tak begitu kentara. Konon menurut
Tampubolon, sang mayat berjalan kaku dan agak tersentak-sentak.
Dan
dalam perjalanan itu ia tidak bisa sendirian, harus ditemani oleh satu
orang hidup yang mengawalnya sampai ke tujuan akhir yaitu rumahnya
sendiri. Mengapa harus demikian?
Ceritanya
begini. Orang-orang Toraja biasa menjelajah daerahnya yang
bergunung-gunung hanya dengan berjalan kaki. Dari jaman purba sampai
sekarang tetap begitu. Mereka tidak mengenal pedati, delman, gerobak
atau semacamnya. Nah dalam perjalanan yang berat itu kemungkinan jatuh
sakit dan mati selalu ada.
Supaya
mayat tidak sampai ditinggal di daerah yang tidak dikenal (orang Toraja
menghormati roh setiap orang yang meninggal) dan juga supya ia tidak
menyusahkan manusia lainnya (akan sangat tidak mungkin menggotong
terus-menerus jenasah sepanjang perjalanan yang makan waktu
berhari-hari), maka dengan satu ilmu gaib, mungkin sejenis hipnotis
menurut istilah jaman sekarang, mayat diharuskan pulang berjalan kaki
dan baru berhenti bila ia sudah meletakkan badannya di dalam rumahnya
sendiri.
Tulisan
diatas dimuat di internet oleh torajacybernews.blogspot.com dan disitu
disebutkan kalau tulisan ini adalah saduran dari sebuah tulisan lama
bertanggal 19 Februari 1972. Sebenarny tulisan tersebut ditulis dengan ejaan lama, namun saya tulis ulang dengan ejaan baru agar kalian tidak bingung saat membacanya.
Nah bagaimana menurut kalian? Bagi yang selalu mengira 'mayat hidup' itu cuma dongeng, coba pikir-pikir lagi. Karena bukan hanya satu atau dua kebudayaan yang konon memilikinya
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Posting Komentar