- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Masa remaja merupakan masa dimana
seorang individu mengalami peralihan dari satu tahap ke tahap berikutnya dan
mengalami perubahan baik emosi, tubuh, minat, pola perilaku, dan juga penuh
dengan masalah-masalah (Hurlock, 1998). Oleh karenanya, remaja sangat rentan
sekali mengalami masalah psikososial, yakni masalah psikis atau kejiwaan yang
timbul sebagai akibat terjadinya perubahan sosial (TP-KJM, 2002). Masa remaja
merupakan sebuah periode dalam kehidupan manusia yang batasannya usia maupun
peranannya seringkali tidak terlalu jelas. Pubertas yang dahulu dianggap
sebagai tanda awal keremajaan ternyata tidak lagi valid sebagai patokan atau
batasan untuk pengkategorian remaja sebab usia pubertas yang dahulu terjadi
pada akhir usia belasan (15-18) kini terjadi pada awal belasan bahkan sebelum
usia 11 tahun. Seorang anak berusia 10 tahun mungkin saja sudah (atau sedang)
mengalami pubertas namun tidak berarti ia sudah bias dikatakan sebagai remaja
dan sudah siap menghadapi dunia orang dewasa. Ia belum siap menghadapi dunia
nyata orang dewasa, meski di saat yang sama ia juga bukan anak-anak lagi.
Berbeda
dengan balita yang perkembangannya dengan jelas dapat diukur, remaja hampir
tidak memiliki pola perkembangan yang pasti. Dalam perkembangannya seringkali
mereka menjadi bingung karena kadang-kadang diperlakukan sebagai anak-anak
tetapi di lain waktu mereka dituntut untuk bersikap mandiri dan dewasa. Memang
banyak perubahan pada diri seseorang sebagai tanda keremajaan, namun seringkali
perubahan itu hanya merupakan suatu tanda-tanda fisik dan bukan sebagai
pengesahan akan
keremajaan
seseorang. Namun satu hal yang pasti, konflik yang dihadapi oleh remaja semakin
kompleks seiring dengan perubahan pada berbagai dimensi kehidupan dalam diri
mereka. Untuk dapat memahami remaja, maka perlu dilihat berdasarkan perubahan
pada dimensi dimensi tersebut.
1.2 Tujuan dan Manfaat
·
Agar pembaca lebih mengerti tentang bahaya
merokok, penyimpangan seks pada remaja, dan bahaya penyalahgunaan minuman keras
dan narkoba.
·
Agar pembaca menyadari bahwa merokok,
penyimpangan sek pada remaja, dan bahaya penyalahgunaan minuman keras dan
narkoba dapat merusak tubuh manusia.
1.3 Metodologi
Metode yang saya gunakan adalah:
-Deskriptif
-Kajian pustaka dilakukan dengan mencari literatur di internet da buku – buku panduan
-Deskriptif
-Kajian pustaka dilakukan dengan mencari literatur di internet da buku – buku panduan
1.4 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
1.2.Perumusan Masalah
1.3.Tujuan Penelitian
1.4.Metode Penelitian
1.5.Sistematika penulisan
BAB II LANDASAN TEORI
2.1.Pengertian Rokok
2.2.Dampak dari merokok
2.3.Faktor penyebab merokok pada remaja
2.4.Upaya mengatasi rokok
1.1.Latar Belakang Masalah
1.2.Perumusan Masalah
1.3.Tujuan Penelitian
1.4.Metode Penelitian
1.5.Sistematika penulisan
BAB II LANDASAN TEORI
2.1.Pengertian Rokok
2.2.Dampak dari merokok
2.3.Faktor penyebab merokok pada remaja
2.4.Upaya mengatasi rokok
BAB III METODE
PENELITIAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN
4.1.Kesimpulan
4.2.Saran
4.2.Saran
BAB II
LANDASAN TEORI
·
Menurut situs www.wikipedia.com, rokok adalah
silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm (bervariasi
tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun – daun
tembakau yang telah dicacah.
·
Menurut situs Computer Media Learning, Perokok
pasif adalah orang-orang yang tidak merokok, namun menjadi korban perokok aktif
karena turut mengisap asap sampingan (di samping asap utama yang dihembuskan
balik oleh perokok)
·
Menurut situs http://iervanzone.blogspot.com/:
Perokok aktif mempunyai pengertian orang yang melakukan langsung aktivitas
merokok dalam arti mengisap batang rokok yang telah dibakar.
·
Rokok dibedakan menjadi beberapa jenis , yaitu :
a. Rokok
berdasarkan bahan pembungkus
§
Klobot : rokok yang bahan pembungkusnya berupa
daun jagung.
§
Kawung : rokok yang bahan pembungkusnya berupa
daun aren.
§
Sigaret : rokok yang bahan pembungkusnya berupa
kertas.
§
Cerutu : rokok yang bahan pembungkusnya berupa
daun tembakau.
b. Rokok
berdasarkan bahan baku atau isi
§
Rokok putih : rokok yang bahan baku atau isinya
hanya daun tembakau yang diberi
saus untuk mendapatkan efek rasa
dan aroma tertentu.
§
Rokok kretek : rokok yang bahan baku atau
isinya berupa daun tembakau
dan cengkeh yang diberi saus
untuk mendapatkan efek rasa
dan aroma tertentu.
BAB III
METODE
PENELITIAN
Dalam
karya tulis kali ini, saya menggunakan metode penelitian deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti
setatus sekelompok manusia, suatu obyek, suatu set kondisi, suatu
sistempeikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari
penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskipsi, gambaran atau lukisan
secara sistematis, factual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta
hubungan antar fenomena yang diselidiki.
Definisi
Menurut
Whintney (1960), metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi
yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajarai masalah-masalah dalam masyarakat
serta tatacara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu,
termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan,
serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu
fenomena. Dalam metode deskriptif, peneliti bisa saja membandingkan
fenomena-fenomena tertentu sehingga merupakan suatu setudi komparatif .
adakalanya peneliti mengadakan klasifikasi, seerta penelitian terhadap
fenomena-fenomena dengan menetapkan suatu setandar atau suatu norma tertentu
sehingga banyak ahli menamakan metode deskriptif ini dengan nama survei
normatif (normative survey). Dengan metode deskriptif ini juga diselidiki
kedudukan (status) fenomena atau factor dan melihat hubungan antara satu factor
dengan factor yang lain. Karenanya, metode deskriptif juga dinamakan
studi status (satus study).
Metode
deskriptif juga ingin mempelajari norma-norma atau setandar-setandar, sehingga
penelitian deskriptif ini disebut juga survey normative. Dalam metode
deskriptif dapat diteliti masalah normative bersama-sama dengan masalah setatus
dan sekaligus membuat perbandingan-perbandingan antar fenomena. Studi demikian
dinamakan secara umum sebagai studi atau penelitian deskriptif.
Prespektif waktu yang dijangkau dalam penelitian deskriptif , adalah waktu
sekarang, atau sekurang-kurangnya jangka waktu yang masih terjangkau dalam
ingatan responden.
Ciri-ciri
Metode Deskriptif
Secara harfiyah, metode deskriptif adalah metode penelitian untuk membuat
gambaran mengenai situasi atau kejadian, sehingga metode ini berkehendak
mengadakan akumulasi data dasar belaka. Namun, dalam pengertian metode
penelitian yang lebih luas, penelitian deskriptif mencakup metode penelitian
yang lebih luas di luar metode sejarah dan eksperimental, dan secara lebih umum
sering diberi nama, metode survei. Kerja peneliti, bukan saja memberikan
gambaran terhadap fenomena-fenomena, tetapi juga menerangkan hubungan, menguji
hipotesis-hipotesis, membut predeksi serta mendapatkan makna dan implikasi dari
suatu masalah yang ingin dipecahkan. Dalam mengumpulkan data digunakan teknik
wawancara, dengan mengunakan schedule questionair ataupun interview
guide.
Jenis-jenis
Penelitian Deskriptif
Dtinjau dari
jenis masalah yang diselidiki, teknik dan alat yang digunakan dalam menliti,
serta tempat dan waktu penelitian dilakukan, penelitian desekriptif dapat
dibagi atas bebeprapa jenis yaitu:
·
Metode
survey,
·
Metode
deskriptif berkesinanbungan (Continuity deskrptive),
·
Penelitian
Studi kasus,
·
Penelitian
analisis pekerjaan dan aktivitas,
·
Penelitian
tindakan (action research),
·
Penelitian
perpustakaan dan documenter.
1.
Metode
survey
Metode survei adalah penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh
fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan
secara factual, baik tentang institusi sosial, ekonomi, atau politik dari suatu
kelompok ataupun suatu daera. Metode survey membedah dan menguliti serta
mengenal masalah-masalah serta mendapatkan pembenaran terhadap keadaan dan
praktik-praktik yang sedang berlangsung. Dalam metode survei juga dikerjakan
evaluasi serta perbandingan-perbandingan terhadap hal-hal yang telah dikerjakan
orang dalam menangani situasi atau masalah yang serupa dan hasilnya dapat
digunakan dalam pembuatan rencana dan pengambilan keputusan di masa mendatang.
Penyelidikan dilakukan dalam waktu yang bersamaan terhadap sejumlah individu
atanu unit, baik secara sensus atau dengan mengunakan sample. Unit
yang digunakan dalam metode survei cukup besar. Misalnya, Kinsey, et al.,
(1948) dalam penelitian meraka mengenao tinggah laku seksual di Amerika
Seriakat telah menggunakan sample dengan 12 ribu orang
anggota sample. Banyak sekali masalah dap;t diteliti dengan
mengunakan metode survey, termasuk bidang produksi dan tata niaga (survey
produksi dan tata niaga ), usaha tani(surve usaha tani), masalah kemasyarakatan
(survey sosial), masalah komunikasi daan pendapat umum (survei pendat umum),
masalah politik (survey politik), masalah pendidikan (survey pendidikan dan
persekolahan), dan sebagainya.
1.
Metode
deskritif berkesinambungan
Metode deskriptif berkesinambungan (continuity descriptive research),
adalah kerja meneliti secara deskriptif yang dilakukan secara terus menerus
atas suatu objek penelitian. Sering kali dilakukan dalam meneliti
masalah-masalah sosial.pengetahuan yang lebih menyeluruh dari masalah serta
fenomena dan ketentuan-ketentuan sosial dapat diperoleh jika hubungan-hubungan
fenomena dikaji dalam suatu interval perkembangan dalam suatu periode yang
lama. Dengan memperhatikan secara detail perubahan-perubahan yang dinamis dalam
suatu interval tertentu, maka generalisasi suatu situasi atau fenomena secara
dinamis dapat dibuat. Meneliti yang berkehendak menjangkau informasi factual
yang mendetail secara interval dinamakan penelitian deskriptif
berkesinambungan. Jika perhatian dipusatkan kepada perubahan-perubahan prilaku
atau pandangan, maka teknik dalam meneliti dinamakan teknik panel. Teknik ini
berupa wawancara dengan kelompok-kelompok manusia yang sama pada situasi yang
berbeda. Informasi yang diinginkan bisa saja kuantitatif , seperti jumlah
konsumsi, anggaran belanja keluarga, dan sebagainya.
Penggunaan metode deskriptif berkesinambungan lebih popular dalam mengkaji
masalah sosial. Misalnya, Whitney dan Milholland (1930) mempelajari status
akademis dari mahasiswa tingkat persiapan dari Colorado State
Colege of Education pada tahun 1930. Penelitian dilakukan dalam waktu
empat tahun, dengan menlurusi status akademis sejak tingkat persiapan sampai
dengan lulus sarjana muda.
1.
Penelitian
Studi Kasus
Studi kasus, atau penelitian kasus (case study), adalah penelitian
tentang status subjek penelitian yang berkenan dengan suatu fase spesifik atau
khas dari keselurahan personalitas (Maxfield, 1930). Subjek penelitian dapat
saja individu, kelompok, lembaga, maupun masyarakat. Peneliti ingin mempelajari
secara intensif latar belakang serta interaksi lingkungan dari unit-unit sosial
yang menjadi subjek. Tujuan studi kasus adalah untuk memberikan gambaran secara
mendetail latar belakang, sifat-sifat serta karakter-karakter yang khas dari kasus,
ataupun status dari individu, yang kemudian dari sifat-sifat khas di atas akan
jadikan suatu hal yang bersfat umum. Pada mulanya, studi kasus ini banyak
digunakan dalam penelitian obat-obatan dengan tujuan diagnosis, tetapi kemudian
penggunaan studi kasus telah meluas sampai kebidang-bidang lain.
Hasil dari penelitian kasus merupakan suatu generalisasi dari pola-pola
kasus yang tipikal dari individu, kelompok, lembaga, dan sebagainya. Tergantung
dari tujuannya, ruang lingkup dari studi dapat mencakup segmen atau bagian
tertentu atau mencakup keseluruhan siklus kehidupan dari individu, kelompok,
dan sebagainya, baik dengan penekanan terhadap factor-faktor kasus tertentu,
atau meliputi keseluruhan factor-faktor dan fenomena-fenomena. Stadi kasus
lebih menekankan mengkaji vairabel yang cukup banyak pada jumlah unit yang
kecil. Ini berbeda dengan metode survei, dimana peneliti cenderung mengevaluasi
variabel yang lebih sedikit, tetapi dengan unit sample yang
relatif besar.
Studi kasus banyak dikerjakan untuk meneliti desa, kota besar, sekelompok
manusia drop out, tahanan-tahanan, pimpinan-pimpinan, dan
sebagainya. Jika stadi kasus ditujukan untuk menliti kelompok, maka perlu
dikisahkan atau diisolasikan kelompok-kelompok dalam onggokan yang homogen.
Stadi kasus
banyak kelemahan disamping adanya keunggulan-keunggulan. Studi kasus mempunyai
kelemahan karena anggota sampel yang terlalu kecil, sehingga sulit dibuat
inferensi kepada populsi. Disamping itu, studi kasus sangat dipengaruhi oleh
pandangan subjektif dalam pilihan kasus karena adanya sifat khas yang dapat
saja terlalu dibesar-besarkan. Kurangnya objektifitas, dapat disebabkan karena
kasus cocok benar dengan konsep yang sebelumnya telah ada pada si peneliti,
ataupun dalam penetapan serta pengikutsertaan data dalam konteks yang bermakna
yang menjurus pada interprestsi subjektif.
Studi kasus
mempunyai keunggulan sebagai suatu studi untuk mendukung studi-studi yang besar
di kemudian hari. Studi kasus mendukung studi-studi yang besar di kemudian hari
studi kasus dapat memberikan hipotesis-hipotesis untuk penelitian lanjutan.
Dari segi edukatif, maka studi kasus dapat digunakan sebagai contoh ilustrasi
baik dalam perumusan masalah, penggunaan statistik dalam menganalisis data
serta cara-cara perumusan generalisasi dan kesimmpulan
Marilah kita
lihat sebuah contoh studi kasus tentang anak-anak yang tidak dapat menguasai
teknik membaca karena jenis-jenis sebab. Penelitian yang memakan waktu dua
tahun, secara mendetail telah mempelajari hal-hal berikut.
·
Menentukan
sejarah dari sekolah dan rumah tangga sang anak.
·
Menentukan
setatus sekarang dari anak.
·
Mengadakan
diagnosis terhadap kesukaran-kesukaran membaca sang anak
·
Menentukan
sebab musabab si anak mempunyai kekurangan-kekurangan dalam membaca.
·
Mengukur
dari hasil pengajaran.
Langkah-langakah
pokok dalam meneliti kasus adalah sebagai berikut.
1. Rumuskan
tujuan penelitian.
2. Tentukan
unit-unit studi, sifat-sifat mana yang akan diteliti dan hubungkan apa yang
akan dikaji serta proses-proses apa yang akan menuntun penelitian.
3. tentukan
rancangan serta pendekatan dalam memilih unit-unit dan teknik pengumpulan data
mana yang digunakan. Sumber-sumber data apa yang tersedia
4. kumpulkan
data.
5.
Organisasikan informasi serta data yang terkumpul dan analisis untuk membuat
interpretasi seta generalisasi.
6. Susun
laporan dengan memberikan kesimpulan serta implikasi dari hasi penelitian.
Studi atau
penelitian komperatif
Penelitian
komperatif adalah sejenis penelitian deskriptif yang ingin mencari jawab secara
mendasar tentang sebab-akibat, dengan menganalisis factor-faktor penyebab
terjadinnya atau munculnya suatu fenomena tertentu. Jangakauan waktu adalah
masa sekarang, karena jika jangkauan waktu terjadinya adalah masa lampau, maka
penelitian tersebut termasuk dalam metode sejarah. Dalam studi komperatif ini,
memeng sulit untuk mengetahui factor-faktor penyebab yang dijadikan dasar
pembanding, seperti penelitain komperatif tidak mempunyai control. Hal
ini semakin nyata kesulitannya jika kemungkinan-kemungkinan hubungan antar
fenomena banyak sekali jumlahnya
Studi
komperatif banyak sekali dilakukan jika metode eksperimental tidak dapat
diperlukan. Bidang studi mencakup penghiduupan kota dan desa, dengan
membandingkan pengaruh sebab akibat dari mekanan, rekreasi, waktu kerja,
ketenangan kerja, dan sebagainnya. Penelitian komperatif dapat dilakukan untuk
mencari pola tingkahlaku serta prestsi belajar dengan membedakan unsur waktu
masuk sekolah, dan lain-lain.
Metode
penelitian komperatif adalah bersifat ex post facto. Artinya, data dikumpulkan
setelah semua kejadian yang dikumpulkan telah selesai berlangsung. Peneliti
dapat melihat akibat dari suatu fenomena dan menguji hubungan sebab akibat dari
data-data yang tersedia. Keunggulan metode ini adalah sebagai berikut.
1.
Metode komparatif
dapat mensubtisusikan metode eksperimental karena beberapa alasan:
·
Jika sukar
diadakan kontrol terhadap salah satu faktor yang ingin diketahui atau
diselidiki hubungan sebab-akibat.
·
Apabila
teknik untuk mengadakan vaiabel kontrol dapat menhalangi penampilan fenomena
secara normal ataupun tidak memungkinkan adanhya interaksi secara normal.
·
Penggunaan
laboratoriuum untuk penelitian untuk dimungkinkan, baik karena kendala teknik,
keungan, maupun etika, dan normal.
1.
Dengan
adanya teknik yang lebih mutakhir serta alat setatistik yang lebih maju,
membuat penelitian komparatif dapat mengadakn estimasi terhadap
parameter-parameter hubungan kausal secara lebih efektif.
Disamping
keunggulan-keunggulan, penelitian komparatif mengandung kelemahan-kelemahan, antara
lain sebagai berikut.
1.
Karena
penelitian komparatif sefatnya ex post facto, maka penelitain
tersebut tidak mempunyai kontrol terthadap variabel bebas. Peneliti hanya
berpegang pada penampilan variabel sebagaimana adanya, tanpa kesempatan
mengatur kondisi ataupun mengadakan manipulasi terhadap bebrapa variabel.
Karena itu, sipenelitia diharapkan mempunyai cukup banyak alas an dalam
mempertahankan hasil hubungan-hubungan kasual yang ditemukan, dan dapat
mengajukan hipotesis-hipotesis saingan untuk membuat jastifikasi terhadap
kesimpulan-kesimpulan yang ditarik.
2.
Sukar
memperoleh kepastian, apakah faktor-faktor suatu hubungan kausal yang
diselidiki benar-benar relaevan.
3.
Karena
faktor-faktor bukan bekerja secara merdeka tetapi saling berkaitan antara satu
dengan lain, maka interaksi antar faktor-faktor tunggal sebagai penyebab atau
akibat terjadinya suatu fenomena sukar diketahui. Bahkan akibat dari faktor
ganda, bisa saja dikarenakan oleh faktor diluar cakupan penelitian yang
bersangkutan.
4.
Adakalanya
dua atau lebih faktor memperlihatkan adanya hubungan, tetapi belum tentu bahwa
hubungan yang diperlihatkan adalah hubungan sebab-akibat. Mungkin saja hubungan
variabel tersebut dikarenakan oleh adanya keterkaitan dengan faktor-faktor lain
diluar itu. Dilain pihak, andai kata pun telah diketemukan bahwa hubungan
antara faktor-faktor adalah hubungan sebab-akibat, tetapi masih sukar untuk
dipisahkan faktor mana sebagai penyebab dan faktor mana yang merupakan akibat
5.
Mengkatagorisasikan
subjek dalam dikotomi (misalnya, dalam katagori demokrasi dan otoriter, pandai
bodoh, tua-muda, dan sebagainya) untuk tujuan perbandingan, dapat menjurus
kepada pengambilan keputusan dan kesimpulan yang salah akibat katagori-katagori
dikhotomi yang dibuat mempunyai sifat kabur, bervariasi, samar-samar,
mengahendaki valuejudgement, dan tidak kokoh.
Langkah-langkah
pokok dalam studi komparatif adalah sebagai berikut,
1.
Rumuskan dan
definisikan masalah.
2.
Jajki dan
teliti literature yang ada.
3.
Rumuskan
kerangka troritis dan hipotesis-hipotesis serta asumsi-asumsi yang dipakai.
4.
Buatlah
rancangan penelitian:
·
Pilih subjek
yang digunakan dengan teknik pengumpulan data yang diinginkan;
·
Kategorikan
sifat-sifat atau atribut-atribut atau hal-hal lain yang sesuai dengan
masalah-masalah yang ingin dipecahkan, untuk memudahkan analisis sebab-akibat.
1.
Uji
hipotesis, buat interpretasi terhadap hubungan dengan teknik statistic yang
tepat.
2.
Buat
gegeralisasi, kesimpulan, serta implikasi kebijakan.
3.
Susun
laporan dengan cara penulisan ilmiah.
Dalam
penelitian komparatif, sering digunakan teknik korelasi, Dalam penelitian
komparatif, sering digunakan teknik korelasi, yaitu meneliti derajat
ketergantungan dalam hubungan-hubungan antarvariabel dengan menggunakan
koefisien korelasi. Namun, perlu dijelaskan bahwa penggunaan koefisien korelasi
hanya menyatakan tinggi rendahnya ketergantungan antar variabel yang diuji,
tetapi tidak menyatakan ada tidaknya hubungan yang terjadi. Ini berbeda dengan
penggunaan metode eksperimental. Pada metode eksperimental, peneliti dapat menguji
ada tidaknya efek tertentu. Dengan demikian, penggunaaan teknik korelasi dalam
penelitian komparatif mengandung kelemahan-kelemahan, antara lain sebagai
berikut.
·
Menjurus
pada keterbiasaan menggunakan teknik korelasi dengan memasang variabel apa saja
tanpa pilih yang menjurus pula interpretasi yang salah.
·
Tidaknya
adanya kontrol terhadap variabel bebas, dan tidak dapat melihat ada tidaknya
hubungan kausal antar variabel. Peneliti tidak dapat mengenai yang mana
variabel bebas dan mana variabel dependen.
1.
Penelitian
Analisis kerja dan aktivitas
Analisis Kerja dan Aktivitas (job and activity analysis), merupakan
penelitian dengan menggunakan metode deskriptif. Penelitian itu ditujukan untuk
menyelidiki secara terperinci aktivitas dan pekerjaan manusia. Dan hasil
penelitian tersebut dapat memberikan rekomendasi-rekomendasi untuk keperluan
masa yang akan datang. Penenlitian perkejaan di bidang industri dinamakan job
analysis (analisis pekerjaan), sedangkan penelitian di bidang
pertanian , disebut analysis aktivitas (activity analysis). Analysis
aktivitas juga mencakup analysis pekerjaan dibidang jasa, seperti pendidikan,
peleyanan kesehatan, dan sebagainya.
Dalam penelitian ini, studi yang mendalam dilakukan terhadap
kelakuan-kelakuan pekerjaan, buruh, petani, guru, dan lain-lain terhadap
gerak-gerik mereka dalam melakukan tugas, penggunaan waktu secara efisien dan
efektif, dan sebagainya. Data mengenai hal-hal yang ini diselidiki, kemudian
dianalisis, diberikan interpretasi, dan diadakan generalisasi dalam rangka
menetapkan sifat-sifat dan keriteria-keriteria pekerjaan yang baik,
rencana upgrading,keseimbangan berusaha dan bekerja serta aktivitas
sangat berkembang pada masa sesudah Perang Dunia I, dengan tujuan untuk
mengadakan klsifikasi pekerjaan dan pekerjaan secara lebih efektif.
Studi Waktu Gerakal.
Studi Waktu dan gerakan (time and motion study)
adalah penelitian dengan metode deskriptif yang berusaha untuk menyelidiki
efisien produksi dengan mengadakan studi yang mendetail tentang penggunaan
waktu serta perilaku pekerja dalam proses produksi. Gerak-gerak utama dalam
pekerjaan diamati, dicatat, dilukiskan, serta dianalisis. Generalisasi dan
interpretasi tentang waktu yang digunakan serta gerak-gerak utama yang terjadi,
sehingga suatu kesimpulan tentang gerak-gerak yang diperlukan dalam pekerjaan,
gerak-gerak yang tidak diperlukan yang dapat menghambat pekerjaan serta
saran-saran dalam rangka memperbaiki pekerjaan dan menambah efisiensi kerja.
Dalam rangka efisisensi, juga perlu dikaji alat-alat produksi yang digunakan,
serta bagaimana alat-alat produksi tersebut diatur demi peningkatan efisisensi
kerja.
Kriteria Pokok Metode Deskriptif
Metode
deskriptif mempunyai beberapa pokok, yang dapat dibagi atas kriteria umum dan
kriteria khusus. kriteria tersebut adalah sebagai berikut
Kriteria
umum
Kriteria
umum dari penelitian dengan metode deskriptif adalah sebagai berikut.
1.
Masalah yang
dirumuskan harus patut, ada nilai ilmiah serta tidak terlalu luas.
2.
Tujuan
penelitian harus dinyatakan dengan tegas dan tidak terlalu umum.
3.
Data yang
digunakan harus fakta-fakta yang terpercaya dan bukan merupakan opini.
4.
Standar yang
digunakan untuk membuat perbandingan harus mempunyai validitas.
5.
Harus ada
deskripsi yang terang tentang tempat serta waktu penelitian dilakukan.
6.
Hasil penelitian
harus berisi secara detail yang digunakan, baik dalam mengumpulkan data maupun
dalam menganalisis data serta studi kepustakaan yang dilakukan. Deduksi logis
harus jelas hubungannya dengan kerangka teoritis yang digunakan jika kerangka
teoritis untuk itu telah dikembangan.
Kriteria Khusus
Kriteria
khusus dari metode deskriptif adalah sebagai berikut.
1.
Prinsip-prinsip
ataupun data yang digunakan dinyatakan dalam nilai (value).
2.
Fakta-fakta
ataupun prinsip-prinsip yang digunakan adalah mengenai masalah status.
3.
Sifat
penelitian adalah ex post facto, karena itu, tidak adalah
kontrol terhadap variabel, dan peneliti tidak mengadakan pengaturan atau
menipulasi terhadap variabel. Variabel dilihat sebagaimana adanya.
Langkah-langkah
Umum dalam Metode Deskriptif
Dalam
melaksanakan penelitian deskriptif, maka langkah-langkah umum yang sering
diikuti adalah sebagai berikut.
1.
Memilih dan
merumuskan masalah yang menghendaki konsepsi ada kegunaan masalah tersebut
serta dapat diselidiki dengan sumber yang ada.
2.
Menentuan tujuan
dari penelitian yang akan dikerjakan. Tujuan dari penelitian harus konsisten
dengan rumusan dan definisi dari masalah
3.
Memberikan
limitasi dari area atau scope atau sejauh mana penelitian
deskriptif tersebut akan dilaksanakan. Termasuk didalamnya daerah geografis
dimana penelitian akan dilakukan, batasan-batasan kronologis ukuran tentang
dalam dangkal, serta seberapa utuh daerah penelitian tersebut akan dijangkau.
4.
Pada bidang
ilmu yang telah mempunyai teori-teori yang kuat, maka perlu dirumuskan kerangka
teori atau kerangka konseptual yang kemudian diturunan dalam bentuk
hipotesis-hipotesis untuk diverifikasikan. Bagi ilmu sosial yang telah
berkembang baik, maka kerangkan analisis dapat dijabarkan dalam bentuk-bentuk
model matematika.
5.
Menulusuri
sumber-sumber kepustakaan yang ada hubungannya dengan masalah yang ingin
dipecahkan.
6.
Merumuskan
hipotesis-hipotesis yang diuji, baik secara emplisit maupun secara implicit.
7.
Melakukan
kerja lapangan untuk megumpulkan data, gunakan teknik pengumpulan data yang cocok
untuk penelitian.
8.
Membuat
tabulasi serta analisis statistic dilakukan terhadap data yang telah
dikumpulkan. Kurangi penggunaan statistic sampai kepad batas-batas yang dapat
dikerjakan dengan unit-unit pengukuran yang sepadan.
9.
Memberikan
interpretasi dari hasil dalam hubungannya dengan kondisi sosial yang ingin
diselidiki serta dari data yang diperoleh serta refrensi khas terhadap masalah
yang ingin dipecahkan.
10. Mengadakan generalisasi serta deduksi dari penemuan
serta hipotesis-hipotesis yang ingin diuji. Berikan rekomendasi-rekomendasi
untuk kebijakan-kebijakan yang dapat ditarik dari penelitian.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Di masa modern ini, merokok merupakan suatu pemandangan yang
sangat tidak asing. Kebiasaan merokok dianggap dapat memberikan kenikmatan bagi
si perokok, namun dilain pihak dapat menimbulkan dampak buruk bagi si perokok
sendiri maupun orang – orang disekitarnya. Berbagai kandungan zat yang terdapat
di dalam rokok memberikan dampak negatif bagi tubuh penghisapnya. Beberapa
motivasi yang melatarbelakangi seseorang merokok adalah untuk mendapat
pengakuan (anticipatory beliefs), untuk menghilangkan kekecewaan ( reliefing
beliefs), dan menganggap perbuatannya tersebut tidak melanggar norma (
permissive beliefs/ fasilitative) (Joewana, 2004). Hal ini sejalan dengan
kegiatan merokok yang dilakukan oleh remaja yang biasanya dilakukan didepan
orang lain, terutama dilakukan di depan kelompoknya karena mereka sangat
tertarik kepada
kelompok sebayanyaatau dengan kata lain terikat dengan
kelompoknya.
Penyebab Remaja Merokok antara lain:
1. Pengaruh 0rangtua
Salah satu temuan tentang remaja perokok adalah bahwa
anak-anak muda yang berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, dimana orang
tua tidak begitu memperhatikan anak-anaknya dan memberikan hukuman fisik yang
keras lebih mudah untuk menjadi perokok dibanding anak-anak muda yang berasal
dari lingkungan rumah tangga yang bahagia (Baer & Corado dalam Atkinson,
Pengantar psikologi, 1999:294).
2. Pengaruh teman.
Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja
merokok maka semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah perokok juga dan
demikian sebaliknya. Dari fakta tersebut ada dua kemungkinan yang terjadi,
pertama remaja tadi terpengaruh oleh teman-temannya atau bahkan temanteman
remaja tersebut dipengaruhi oleh diri remaja tersebut yang akhirnya mereka
semua menjadi perokok. Diantara remaja perokok terdapat 87% mempunyai sekurang-
kurangnya satu atau lebih sahabat yang perokok begitu pula dengan remaja non
perokok (Al Bachri,1991)
3. Faktor Kepribadian.
Orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau
ingin melepaskan diri dari rasa sakit fisik atau jiwa, membebaskan diri dari
kebosanan. Namun satu sifat kepribadian yang bersifat prediktif pada pengguna
obat-obatan (termasuk rokok) ialah konformitas sosial. Orang yang memiliki skor
tinggi pada berbagai tes konformitas sosial lebih mudah menjadi
penggunadibandingkan dengan mereka yang memiliki skor yang rendah (Atkinson,
1999).
4. Pengaruh Iklan.
Melihat
iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan gambaran bahwa perokok
adalah lambang kejantanan atau glamour, membuat remaja seringkali terpicu untuk
mengikuti perilaku seperti yang ada dalam iklan tersebut. (Mari Juniarti,
Buletin RSKO, tahun IX,1991).
Merokok pada umumnya sangat berbahaya pada diri kita maupun
diri orang lain disekitar kita. Dalam rokok banyak mengandung Nikotin yang
dapat merusak organ tubuh manusia, daintaranya yaitu Kanker, serangan jantung,
impotensi, dan gangguan kehamilan dan janin.
BAB
V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. SIMPULAN
Dalam
uraian pada pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa untuk mengetahui bahaya
rokok bagi perokok pasif atau perokok aktif, kita harus :
a.
Mengetahui
bahaya rokok bagi perokok pasif dan perokok aktif.
b.
Pengetahuan
bahaya rokok bagi perokok pasif dan perokok aktif dapat kita terapkan untuk
penerapan hidup sehat.
c.
Jika
kita menguasai pengetahuan tentang bahaya rokok bagi perokok pasif dan perokok
aktif, kita dapat menghidari bahaya rokok tersebut.
d.
Perokok
pasif jauh lebih menerima akibat yang lebih bahit di banding perokok aktif.
e.
Perokok
aktif dapat mengidap penyakit kanker apabila telah tergantung berat dengan
rokok.
5.2. SARAN
Menekan
pada pencegahan maka perlu dipikirkan upaya upaya yang lebih sungguh sungguh
dan terpadu : di sekolah, di rumah dan melibatkan pihak pihak lain.
1. Sebaiknya,
orang yang sudah kecanduan rokok tidak merokok di sekitar anak-anak, manula,
dan Ibu hamil agar tidak meracuni udara di sekitar mereka dan mereka tidak
menjadi perokok pasif.
2.
Sebaiknya orang yang sudah kecanduan rokok berusaha untuk melepaskan diri dari
rokok tersebut.
3.
Sebaiknya, orang
tua harus bisa lebih memperhatikan anak-anaknya untuk menjauhi diri dari
pengaruh rokok pasif dan pengaruh rokok aktif.
DAFTAR PUSTAKA
Komentar
Posting Komentar